close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Reuters.
icon caption
Ilustrasi. Reuters.
Bisnis
Kamis, 30 April 2020 14:41

Ekonomi AS dan China tumbuh minus akibat Covid-19

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan China pada kuartal I-2020 terendah sejak 1992.
swipe

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pandemi Covid-19 telah menyebabkan ekonomi negara-negara di dunia mengalami kontraksi yang sangat dalam pada kuartal I-2020.

Sri mengungkapkan laju perekonomian Amerika Serikat (AS) bahkan terkontraksi minus 4% dan China minus hingga 6,8% pada kuartal I-2020 atau terendah sejak 1992.

"Kalau kita lihat dampak ekonomi kuartal I-2020 AS minus 4%, China minus 6,8%. Kontraksi itu sedemikian besar bahkan AS ini dampaknya luar biasa. Kuartal satu sudah kontraksi sangat dalam, padahal awal tahun berjalan normal," katanya dalam video conference, Kamis (30/4).

Dia juga memaparkan dampak Covid-19 pada perekonomian AS menyebabkan tingginya angka pengangguran. Hanya dalam lima minggu, tingkat pengangguran di AS melonjak menjadi 26 juta orang.

"Jumlah pengangguran sangat tinggi, mencapai 26 juta hanya dalam lima minggu. Dalam satu bulan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) begitu luas," ujarnya.

Selain itu, tingkat kepercayaan konsumen juga mengalami penurunan pada Maret menjadi 7,2, terendah sejak 2011. Dan juga retail sales market turun hingga minus 6,2%, terdalam sejak 2009.

Sedangkan dampaknya bagi Asia selain penurunan perekonomian China, pandemi juga menyebabkan turunnya retail sales Januari-Maret menjadi 18,9%.

Selain itu, prompt manufacturing industry (PMI) Jepang juga mengalami kontraksi yang dalam, terendah sejak 2009.

Sementara, di Eropa, dampak Covid-19 pada kuartal I-2020 menyebabkan retail sales Inggris tumbuh minus 5,8% danPMI manufaktur dan jasa tumbuh terendah sejak 2009.

Selain itu, dampak ketidakpastian global akibat coronavirus juga menyebabkan turunnya harga minyak dunia sebanyak 70% karena turunnya permintaan, sehingga stok berlimpah.

Bahkan, lanjut Sri, Covid-19 telah menyebabkan kerugian global meningkat hingga US$9 triliun di 2020-2021, setara dengan ekonomi Jerman dan Jepang.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan