sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ekspor kodok, potensial namun menuai protes

Ekspor kodok Indonesia ke Uni Eropa menuai protes karena dianggap dibunuh secara tidak manusiawi.

Satriani Ari Wulan
Satriani Ari Wulan Senin, 18 Des 2023 19:00 WIB
Ekspor kodok, potensial namun menuai protes

Ekspor kodok Indonesia ke Uni Eropa menuai protes karena dianggap dibunuh secara tidak manusiawi. Salah satunya oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional PETA. 

PETA menyebut telah melakukan investigasi. Berdasarkan penelusurannya, menurut PETA, kodok diambil dari habitat alaminya dan mati lemas atau dipenggal sebelum dikuliti—seringkali saat masih hidup— sehingga kaki dan bagian tubuh lainnya dapat dijual di supermarket Eropa, termasuk raksasa ritel Prancis Carrefour.

"Kami meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menindak fasilitas yang melanggar undang-undang terkait lingkungan dan kesejahteraan hewan Indonesia," ujar Senior Vice President PETA, Jason Baker, dikutip Senin (18/12).

PETA mengatakan telah mengunjungi tujuh fasilitas operasional daging kodok dan menemukan kodok hidup dijejalkan dalam karung, terkadang sampai dua hari lamanya. Laporan investigasi menyebut seorang pekerja yang sedang menyortir kodok tangkapan membanting kodok hidup ke lantai dan mengakui ia tidak ingin meluangkan waktu memisahkan kodok hidup dan yang mati. Pekerja lain membacok kaki dan kepala kodok dengan pisau—beberapa dilakukan berkali-kali, sementara kodok lainnya dikuliti dalam kondisi kepala tidak putus sempurna. Penyidik juga merekam mulut kodok yang terus membuka dan menutup setelah dipenggal, dan tubuh-tubuh tanpa kepala yang masih berlompatan bermenit-menit setelahnya.

Menurut PETA, dua spesies katak yang ditangkap oleh pekerja, yaitu kodok sawah dan kodok batu tengah mengalami penurunan populasi. Data Eurostat menunjukkan, Uni Eropa mengimpor sekitar 35.000 metrik ton kaki katak antara 2010 dan 2022, setara dengan sekitar 703 juta hingga 1,75 miliar katak.

PETA juga melakukan aksi dengan menyurati Carrefour untuk meminta perusahaan tersebut berhenti menjual kaki kodok secara permanen, terlepas dari asalnya.

"Carrefour telah menangguhkan pesanan dari pemasok daging kodok Indonesia yang terlibat dalam investigasi terbaru PETA. Kami mengapresiasi Carrefour yang telah mengambil langkah pertama mencegah amfibi rentan ini disiksa dan dibunuh untuk diambil dagingnya," ujar Jason. 

Ekspor potensial

Sponsored

Badan Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan mencatat paha kodok beku menjadi salah satu produk ekspor potensial asal Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel). Ekspor produk olahan kodok sudah dilakukan sejak tahun 1980-an dan hampir tiap bulan dilakukan. Negara tujuannya sebagian besar Eropa, seperti Prancis, Belgia, dan Denmark.

Sampai saat ini ekspor komoditi paha kodok beku merupakan hasil pencarian dan penangkapan alam dari beberapa daerah di Sumsel. Karena itu, volume ekspor produk olahan kodok tidak menentu, bergantung musim. 

Pada tahun 2022, volume ekspor mencapai 446,412 kilogram (kg) dengan nilai Rp55,66 miliar dari 26 pengiriman ke Prancis, Belgia, dan Denmark. 

Kepala Badan Karantina Indonesia Sahat Manaor Panggabean sebelumnya mengatakan pemerintah daerah perlu mengantisipasi keberadaan kodok yang lama kelamaan akan habis. 

"Konsentrasi kita harus melakukan budi daya kodok, karena ekspor paha kodok merupakan hasil tangkapan liar oleh masyarakat dan ini tentunya akan habis, maka kita perlu untuk membudidayakannya", ujar Sahat dikutip sumselprov.go.id, Jumat (8/12). Pada 8 Desember 2023, dilakukan ekspor 17.076 kg paha kodok beku ke Prancis dengan total nilai mencapai Rp2,3 miliar. 

Berita Lainnya
×
tekid