sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Indonesia berpotensi jadi lumbung pangan dunia masa depan

Potensi ini berkat lokasi berada di negara tropis dan kaya biodiversitas.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Selasa, 01 Nov 2022 22:20 WIB
Indonesia berpotensi jadi lumbung pangan dunia masa depan

Associate Professor Bina Nusantara (Binus) University, Haryono, menilai, Indonesia berpotensi menjadi lumbung pangan dunia. Alasannya, menjadi negara tropis dengan wilayah dengan biodiversitas tinggi.

Menurut Haryono, keanekaragaman hayati di wilayah tropis memiliki nilai lebih dibandingkan wilayah nontropis. Ini potensial bagi ketersediaan pangan pada masa depan.

"Center of gravity atau pusat pertanian pangan ada di tropika. Indonesia, Brasil, dan sebagian di Afrika. Itu mengapa pentingnya pertanian Indonesia," ujar Haryono dalam diskusi "Peranan Appertani, Perguruan Tinggi, dan Penelitian dalam Pembangunan Pertanian Masa Depan", Selasa (1/11).

Oleh karena itu, Haryono menilai, Indonesia perlu mendesain pertanian berkelanjutan yang bermanfaat, baik bagi manusia maupun kelestarian dan kualitas lingkungan.

"Kualitas, standar, inovasi produk pangan harus maju untuk kemakmuran rakyat Indonesia dan bagian dari program Feed the World," tambahnya dalam keterangannya.

Dia menyampaikan, ada lima pendekatan yang bisa dilakukan untuk mendukung masa depan pertanian Indonesia. Pertama, menerapkan tiga pilar pembangunan pertanian berkelanjutan.

"Pertanian masa depan itu adalah pertanian berkelanjutan. Ada tiga pilar, yaitu persoalan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tiga pilar ini menjadi dasar kita dalam membentuk, menggerakkan, dan mencapai pertanian berkelanjutan," lanjut Haryono.

Pendekatan kedua, menerapkan pembangunan pertanian berbasis ekoregion. Pembangunan ini, menurut Haryono, merupakan konsep perencanaan tata ruang (spatial planning) dengan mempertimbangkan jasa tata ruang pada suatu wilayah dan masyarakat yang tinggal di wilayah ekoregion tersebut.

Sponsored

"Menerapkan pembangunan pertanian berbasis ekoregion ini sangat penting karena Indonesia mempunyai ekosistem yang sangat beragam," ujarnya.

Pada ekosistem region, Haryono menguraikan, ada empat dimensi pembangunan pertanian berbasis ekoregion yang harus menjadi fokus dalam pengembangannya, yaitu penerapan kualitas dan standar (ekoregion) seperti ekologi dan ekonomi, risiko, pengembangan wilayah, serta etika dan budaya.

Pendekatan ketiga, menerapkan kebijakan pembangunan pertanian berbasis hasil riset. Artinya, membutuhkan peran perguruan tinggi, sains, riset, inovasi, dan teknologi.

Lalu, pendekatan keempat, menerapkan kualitas dan standar produk pangan dan pertanian bertahap dan berkelanjutan yang harus terintegrasi antara hulu dan hilir. Ini diperlukan guna meningkatkan kualitas produk pertanian.

"Pendekatan kelima, yaitu melakukan transformasi sistem pertanian konvensional menuju sistem pertanian modern. Caranya dengan menginvestasi infrastruktur sistem pangan dan pertanian, transformasi budaya kerja baru on farm dan off farm, transformasi kelembagaan petani berbasis korporasi, dan transformasi manajemen data, informasi dan pengetahuan," tuturnya.

Selain itu, Haryono mengungkapkan, transformasi ekosistem riset dan pengembangan keekosisteman riset dan inovasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, serta transformasi digital untuk efisiensi sumber daya dan memperpendek rantai pasok pangan dan pertanian.

"Perlu membangun kolaborasi multimitra, termasuk perguruan tinggi, dalam hal kemampuan inovatif pada sistem pertanian, termasuk penerapan kualitas dan standar pertanian, khususnya dukungan standar instrumen pertanian spesifik lokasi," tandasnya.

Salah satu bukti Indonesia potensial menjadi lumbung pangan dunia bisa ditengok pada Agustus lalu. Kala itu, Indonesia dianugerahi penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) karena program pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil membangun ketahanan pangan tanpa impor beras tiga tahun berturut-turut.

Berita Lainnya
×
tekid