sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ahli pertambangan sebut Indonesia belum siap larang ekspor konsentrat tembaga

Hingga pertengahan 2023 ini, diperkirakan tidak ada penambahan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga baru.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Kamis, 12 Jan 2023 08:25 WIB
Ahli pertambangan sebut Indonesia belum siap larang ekspor konsentrat tembaga

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menambah rencana pelarangan ekspor mineral mentah yaitu konsentrat tembaga, yang mulai berlaku pada pertengahan 2023. Sebelumnya, Jokowi juga sudah menegaskan, Indonesia berhenti mengekspor bijih bauksit mulai Juni 2023. Pelarangan ekspor sejumlah jenis mineral mentah ini merupakan implementasi Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan dan Batu Bara.

Menanggapi rencana tersebut, Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli menilai, dua perusahaan pengekspor konsentrat tembaga di Indonesia kemungkinan akan berhenti produksi, yaitu PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara, jika moratorium ekspor konsentrat tembaga tetap dipaksakan. Alasannya, hingga pertengahan 2023 ini diperkirakan tidak ada penambahan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga baru yang mulai beroperasi.

"Saat ini kapasitas input pengolahan konsentrat tembaga di Indonesia baru sekitar 1 juta ton per tahun dan oleh satu perusahaan saja, yaitu PT Smelting Gresik," kata Rizal saat dihubungi Alinea.id, Rabu (11/1).

Sedangkan penambahan kapasitas input yang merupakan ekspansi PT Smelting Gresik, yang sebesar 30% atau 300.000 ton diperkirakan baru rampung di akhir 2023. Padahal produksi konsentrat tembaga saat ini dari PTFI dan PT Amman Mineral mencapai 4 juta ton per tahun, sehingga akan ada konsentrat tembaga yang tidak terserap.

"Artinya ada 3 juta ton konsentrat tembaga yang akan tidak terserap di pengolahan dalam negeri. Ini angka yang cukup besar untuk perlu dipikirkan," ucapnya.

Untuk pembangunan smelter PT Amman Mineral, juga diperkirakan baru selesai di 2024. Maka, di 2024 akan ada penambahan kapasitas smelter sebesar 300.000 ton dari PTFI, dan penambahan kapasitas dari PTFI dan PT Amman Mineral pada 2025 sebesar 2,6 juta ton.

"Sehingga praktis pada 2025, baru dapat diproses di dalam negeri dengan kelebihan supply sekitar 100.000 ton, dengan asumsi PTFI tingkat produksinya tetap di angka 3,1 juta ton konsentrat tembaga per tahun," ujar Rizal.

Oleh karena itu, sangat perlu dipertimbangkan kembali wacana moratorium ekspor konsentrat tembaga. Agar produksi konsentrat tembaga dalam negeri bisa terserap seluruhnya oleh smelter di dalam negeri.

Sponsored

"Apabila rencana moratorium tersebut tetap dijalankan, tentu ada konsekuensi Freeport dan Amman Mineral akan berhenti produksinya atau beroperasi secara situasional," katanya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid