sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Meski menguat, ini alasan mengapa rupiah masih undervalue

Nilai tukar rupiah masih under value meski kondisinya menguat.

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Jumat, 30 Nov 2018 17:21 WIB
Meski menguat, ini alasan mengapa rupiah masih undervalue

Bank Indonesia tak memungkiri nilai tukar Rupiah belakangan ini terus menguat, bahkan hingga menyentuh level Rp14.300 per dollar AS. Namun demikian, nilai tukar Rupiah tersebut masih undervalue atau masih di bawah nilai fundamentalnya.

“Meski nilai tukar rupiah stabil atau menguat, kami masih melihat bahwa rupiah masih undervalue,” kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di Jakarta pada Jumat, (30/11).

Perry menjelaskan, kondisi Rupiah yang undervalue dipengaruhi oleh tiga hal. Pertama, karena kondisi mekanisme pasar. Kedua, faktor-faktor teknikal. Terakhir, perkembangan berita yang berkaitan dengan kondisi global terkait perundingan perdagangan. 

Lebih lanjut, kata Perry, adapun nilai tukar rupiah yang menguat beberapa minggu belakangan disebabkan oleh kepercayaan investor terhadap perekonomian di Indonesia. Serta, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mendorong peningkatan ekonomi. 

Melalui kebijakan yang dikeluarkan pemerintah itulah membuktikan adanya aliran modal asing yang masuk dalam bentuk investasi portofolio atau surat berharga negara. 

Berdasarkan catatan Bank Indonesia, aliran modal asing yang masuk dalam bentuk SBN (Surat Berharga Negara) hingga November 2018 (month to date) sebesar Rp34,25 triliun. Secara year to date, aliran modal yang masuk ke SBN senilai Rp62,4 triliun. 

“Yang juga lebih bagus lagi, bulan ini tidak hanya ke SBN. Tapi juga ke saham," tuturnya. 

Dari catatan BI, aliran investasi portofolio asing ke saham sebesar Rp12,2 triliun. Dengan demikian, secara keseluruhan (mtm), ada aliran masuk modal asing ke SBN dan saham senilai Rp46,4 triliun. 

Sponsored

Dengan semakin bekerjanya mekanisme pasar, kemudian didukung berbagai kebijakan-kebijakan terobosan yang sudah ditempuh pemerintah saat ini, membuat penawaran dan permintaan dollar AS semakin baik. 

"Transaksinya juga tidak hanya spot, tapi juga swap dan DNDF (Domestic Non-Delivery Forward). Korporasi juga aktif supply dan demand-nya. Begitu juga perbankan. Termasuk juga banyak investor asing yang gunakan DNDF," ujar Perry. 

Faktor lain yang membuat rupiah menguat adalah menurunnya risiko global, salah satunya adalah perundingan perdagangan antara AS dan China. Juga dari kebijakan The Fed. Bank Indonesia memperkirakan fed fund rate (FFR) akan naik tiga kali pada tahun depan. 

Berita Lainnya
×
tekid