Kematian tragis sang ibu Benazir Bhutto, tidak membuat Aseefa Bhutto trauma dengan politik. Setelah hampir 17 tahun peristiwa itu berlalu, Aseefa mendeklarasikan diri terjun ke dunia politik.
Putri bungsu Presiden Pakistan Asif Ali Zardari dan Perdana Menteri Benazir Bhutto yang terbunuh, terjun ke dunia politik dengan mengajukan pencalonannya untuk bypoll di kursi Majelis Nasional di provinsi Sindh yang dikosongkan oleh ayahnya.
Aseefa, 31, telah aktif dalam politik selama beberapa waktu tetapi dijauhkan dari politik parlemen oleh ayahnya Zardari, yang juga merupakan salah satu ketua Partai Rakyat Pakistan (PPP), hingga suatu saat yang tepat. Setelah ayahnya dilantik sebagai Presiden Pakistan ke-14, Aseefa siap menjadi Ibu Negara, posisi yang biasanya dipegang oleh istri Presiden.
Aseefa menyerahkan makalah nominasi pada hari Minggu dalam pemilihan untuk daerah pemilihan NA-207 di distrik Shaheed Benzirabad di Sindh. Zardari memenangkan kursi tersebut tetapi mengosongkannya setelah menjadi Presiden.
Aseefa memiliki kemiripan yang mencolok dengan ibunya, yang terbunuh dalam serangan bom dan bunuh diri pada tahun 2007 di Rawalpindi. Aseefa saat itu masih remaja dan menderita secara emosional dibandingkan dengan dua kakaknya, Bakhtawar dan Bilawal.
Bilawal, mantan menteri luar negeri, adalah ketua PPP. Mungkin itulah alasannya mengapa dia semakin dekat dengan ayahnya, yang, setelah menjadi Presiden, mengangkatnya sebagai Ibu Negara.
Meski kakaknya sudah mengambil alih partai, Aseefa dianggap sebagai pewaris alami ibunya, yang mengambil alih partai setelah ayahnya Zulfiqar Ali Bhutto digantung pada 1979 karena dugaan keterlibatan dalam kasus pembunuhan.(telegraphindia)