sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kisah Musab, yang pulang dari Makkah dan tewas di Gaza

Keluarga Darwish telah kehilangan beberapa anggotanya sejak awal perang menyusul serangan udara Israel yang tiada henti di kamp pengungsi.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Selasa, 26 Mar 2024 14:11 WIB
Kisah Musab, yang pulang dari Makkah dan tewas di Gaza

Sejak 7 Oktober, Israel telah melancarkan perang dahsyat di Gaza, yang menewaskan lebih dari 32.000 orang dan melukai lebih dari 74.000 lainnya.

Sebuah jajak pendapat baru-baru ini yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina mengungkapkan sebuah kebenaran yang mengejutkan: hampir 80 persen warga Palestina di Gaza melaporkan bahwa setidaknya satu anggota keluarga mereka telah terbunuh atau terluka oleh pasukan pendudukan Israel.

Tidak ada seorang pun yang selamat, bahkan warga Palestina yang, secara kebetulan, keluar dari Gaza pada awal perang.

Ibadah Umroh
“Sekitar dua minggu sebelum dimulainya perang, sepupu saya Musab pergi ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah umrah, dan ketika perang pecah pada 7 Oktober, dia masih di sana,” kata Bilal Darwish kepada The Palestine Chronicle.

Keluarga Darwish telah kehilangan beberapa anggotanya sejak awal perang menyusul serangan udara Israel yang tiada henti di kamp pengungsi Nuseirat, di Gaza tengah.

“Musab dengan cermat mengikuti kejadian tersebut, melakukan umrah atas nama anak-anak kami yang mati syahid, dan berdoa untuk masyarakat Gaza dari dalam Masjidil Haram di Mekah,” Bilal memberi tahu kami.

“Air matanya terus mengalir, dan satu-satunya keinginannya adalah kembali ke ketiga putrinya dan keluarganya,” lanjut Bilal.

Meski Gaza seperti neraka yang diciptakan Israel, Musab tetap kembali ke Gaza setelah banyak upaya melintasi perbatasan Rafah. Ia tidak peduli dengan bom Israel, dia hanya ingin berkumpul dengan keluarganya.

Sponsored

“Musab menikah sekitar enam tahun lalu dan dia memiliki tiga anak perempuan. Ia tahu bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza, namun baginya, satu-satunya hal yang penting adalah berkumpul dengan keluarganya, sehingga ia sangat bahagia ketika akhirnya memiliki kesempatan untuk kembali ke rumah”.

Namun pada pagi hari tanggal 20 Maret, hanya beberapa hari setelah dia kembali, Israel mengebom rumah tempat Musab berlindung dan dia terbunuh, sementara puluhan lainnya terluka.

“Musab adalah satu-satunya martir dalam pemboman Israel terhadap kamp pengungsi Nuseirat,” Bilal menceritakan kepada kami.

“Dia tinggal sendirian, di pengasingan, selama beberapa bulan sejak awal perang dan menjadi martir, sendirian, karena serangan udara Israel," kisah Bilal.(palestinechronicle)

Berita Lainnya
×
tekid