sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

PM Selandia Baru perintahkan investigasi atas teror Christchurch

Layanan intelijen Selandia Baru selama ini hanya berkonsentrasi pada ancaman dari ekstremisme Islam.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 25 Mar 2019 14:45 WIB
PM Selandia Baru perintahkan investigasi atas teror Christchurch

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pada Senin (25/3) memerintahkan penyelidikan yudisial independen mengenai apakah polisi dan layanan intelijen dapat mencegah serangan teror terhadap dua masjid di Kota Christchurch pada Jumat (15/3). 

Ardern menyatakan bahwa Royal Commision, badan penyelidik tertinggi di bawah hukum Selandia Baru, dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana seorang pria bersenjata dapat membunuh 50 orang lewat serangan yang mengejutkan dunia.

"Adalah penting bahwa tidak ada yang terlewat untuk mengetahui bagaimana tindakan teroris ini terjadi dan bagaimana kita bisa menghentikannya," kata Ardern.

Layanan intelijen Selandia Baru telah menghadapi kritik pasca-serangan Christchurch karena mereka hanya berkonsentrasi pada ancaman dari ekstremisme Islam. 

Sebaliknya, seluruh korban teror Christchurch adalah warga muslim dan aksi keji tersebut dilakukan oleh pendukung supremasi kulit putih.

"Satu pertanyaan yang perlu kami jawab adalah apakah kami bisa atau seharusnya tahu lebih banyak tentang serangan tersebut ... Selandia Baru bukan negara pengintai ... tetapi pertanyaan perlu itu perlu dijawab," tegas PM Ardern.

PM Ardern menyampingkan opsi untuk menerapkan hukuman mati bagi Brenton Tarrant (28), warga Australia yang ditangkap beberapa menit setelah melancarkan serangan terornya. Pemuda itu telah didakwa dengan tuduhan pembunuhan. 

Dia mengatakan, rincian soal Royal Commision tengah difinalisasi dan nantinya komisi itu akan memberi laporan yang komprehensif pada waktu yang tepat.

Sponsored

Itu akan mencakup kegiatan layanan intelijen, polisi, bea cukai, imigrasi, dan lembaga pemerintah terkait lainnya jelang serangan teror Christchurch.

Pelaku teror menyiarkan aksi kejinya secara langsung dan peristiwa itu dengan cepat tersebar. Selandia Baru telah menegaskan bahwa rekaman video itu merupakan konten yang tidak pantas.

"Video itu tidak boleh dibagikan. Itu adalah konten yang berbahaya," kata PM Ardern ketika ditanya tentang tindakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menunjukkan cuplikan rekaman saat menghadiri kampanye pemilihan lokal belum lama ini.

Saat berkampanye untuk pemilu lokal, Erdogan menyebut aksi teror Christchurch sebagai bagian dari serangan terhadap Turki dan Islam. Tidak hanya itu, Erdogan memperingatkan bahwa warga Australia yang antimuslim akan dikirim kembali ke peti mati seperti mereka di Gallipoli.

Pernyataan kontroversial tersebut membuat Menteri Luar Negeri Winston Peters bertolak ke Istanbul untuk menemui Erdogan dan berpidato dalam pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Menurut Peters, para anggota OKI sangat memuji dukungan yang telah diberikan Selandia Baru kepada komunitas muslim pascaserangan teror.

"Beberapa di antara mereka menangis dan terisak atas dukungan warga non-muslim Selandia Baru terhadap para korban," kata Peters. "Itu dramatis dan saya diberitahu oleh banyak menteri bahwa mereka belum pernah melihat yang seperti itu." (AFP)

Berita Lainnya
×
tekid