sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Betapa fatalnya insiden akibat selfie

Selama periode 2008-2021 sebanyak 379 orang meninggal saat mengambil foto selfie, dalam 292 insiden.

Fandy Hutari
Fandy Hutari Rabu, 17 Jan 2024 20:30 WIB
Betapa fatalnya insiden akibat <i>selfie</i>

Keindahan panorama alam di objek pariwisata, menggoda wisatawan untuk mengabadikan diri dengan berswafoto atau selfie menggunakan ponsel pintar. Biasanya, foto selfie itu diunggah di media sosial untuk keren-kerenan dan mendapat banyak respons. Akan tetapi, tak jarang kebiasaan selfie malah menimbulkan celaka.

Misalnya, saat musim liburan Natal dan akhir tahun 2023 lalu, seorang remaja ditemukan meninggal dunia usai tenggelam di Sungai Kedung Muko, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Diduga, korban sempat tergelincir dan jatuh, usai melakukan selfie.

Tak kalah menjadi sorotan, pada Oktober 2023, seorang wisatawan tewas akibat terjatuh saat kaca pada jembatan kaca di objek wisata The Geong, Banyumas, Jawa Tengah pecah. Diketahui, sebelum kejadian, korban bersama tiga wisatawan lainnya tengah selfie.

Dalam sebuah penelitian yang terbit di Journal of Family Medicine and Primary Care (2018), para peneliti dari All India Institute of Medical Sciences menyebut, kasus kematian akibat selfie baru terdeteksi lewat mesin pencarian Google pada Januari 2014. Kasusnya, kematian seorang warga Lebanon akibat bom mobil, beberapa saat setelah berpose untuk selfie.

Selfie tidak pernah dilaporkan sebagai penyebab kematian resmi. Kecelakaan lalu lintas tertentu saat berpose selfie dilaporkan sebagai kematian akibat kecelakaan lalu lintas jalan,” tulis para peneliti.

Bahkan, dalam penelitian terbaru soal insiden akibat selfie yang terbit di Journal of Medical Internet Research (September, 2023), para peneliti dari University of New South Wales menyebut, insiden terkait selfie merupakan masalah keselamatan masyarakat, bukan sekadar iseng atau tren sosial belaka.

Para peneliti, yang terdiri dari Samuel Cornell, Robert Brander, dan Amy Peden melakukan tinjauan terhadap penelitian yang dilakukan sejak Januari 2011. Penelitian literatur menghimpun 59 jurnal dari Scopus, delapan dari Web of Science, dan 15 dari PubMed. Setelah dilakukan seleksi, lima penelitian dimasukkan dalam objek riset. Semua hasil riset tadi dinilai memberikan informasi terkait kematian atau cedera akibat selfie yang dilaporkan di Amerika Serikat dan Australia.

“Penelitian ini menemukan, jatuh dari tepi tebing adalah penyebab paling umum kematian terkait selfie di Australia dan Amerika Serikat di lokasi perairan, dan perempuan muda merupakan kelompok yang paling terkena dampaknya,” tulis Cornell dkk.

Sponsored

“Hal ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan harus menargetkan demografi ini dan fokus pada bahaya mengambil foto selfie di area yang alami dan indah.”

Cornell dkk menemukan, siswa—terutama pelajar SMA dan mahasiswa—dominan menjadi korban (53%). Diikuti wisatawan domestik dan mancanegara, masing-masing 49% dan 9%.

Jumlah kematian akibat selfie juga tak main-main. Penelitian sebelumnya di Journal of Family Medicine and Primary Care yang dikerjakan Agam Bansal, Chandan Garg, Abhijith Pakhare, dan Samiksha Gupta menyebut, sejak Oktober 2011 hingga November 2017 terdapat 259 kematian saat melakukan selfie dalam 137 insiden. Jumlah insiden dan kematian tertinggi akibat selfie terjadi di India, sekitar 50% dari total laporan. Diikuti Rusia, Amerika Serikat, dan Pakistan.

Penyebab kematian akibat selfie tertinggi lantaran tenggelam, kecelakaan transportasi, dan terjatuh. Kejadian itu banyak menimpa generasi muda. Sekitar 50% dari total kematian akibat selfie, sebut para peneliti, terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun dan 36% pada kelompok usia 10-19 tahun. Lalu, sekitar 72,5% dari total kematian terjadi pada laki-laki, sedangkan perempuan sebesar 27,5%.

“Perilaku berisiko menyebabkan lebih banyak kematian dan insiden akibat selfie dibandingkan perilaku tidak berisiko,” tulis para peneliti.

“Penelitian kami menunjukkan, jumlah kematian pada perempuan lebih sedikit karena perilaku berisiko dibandingkan dengan perilaku tidak berisiko, sementara angka kematian pada laki-laki kira-kira tiga kali lipat.”

Riset lainnya yang diterbitkan Journal Travel Medicine (Oktober, 2021), dikerjakan enam periset dari Spanyol menemukan, selama periode 2008-2021 sebanyak 379 orang meninggal saat mengambil foto selfie, dalam 292 insiden. Secara total, sebanyak 141 orang yang meninggal atau 37,2% teridentifikasi sebagai wisatawan.

Kasusnya pun cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2013, para peneliti hanya menemukan tiga kasus. Lalu, meningkat menjadi 68 kasus pada 2019. Pandemi Covid-19 ternyata berpengaruh menurunkan jumlah kasus. Sebab pada 2020, hanya ada 37 kasus. Dan, dalam enam bulan pertama tahun 2021, menurun lagi menjadi 31 kasus yang dilaporkan.

Korbannya, seperti penelitian lainnya, konsisten melaporkan menimpa generasi muda. India pun masih di urutan tertinggi kasus.

“Usia rata-rata korban adalah 24,4 tahun. Paling banyak jumlah insiden dan kematian akibat selfie dilaporkan di India (100 kasus), diikuti Amerika Serikat (39 kasus), dan Rusia (33 kasus),” tulis para peneliti.

Insiden terbanyak terjadi karena jatuh, secara spesifik di kawasan air terjun (49,9%). Diikuti kecelakaan transportasi, terbanyak di area kereta api (28,4%) dan tenggelam (13,5%). Terjatuh dan cedera akibat hewan lebih sering terjadi pada perempuan, sebut para peneliti. Sedangkan kematian akibat kecelakaan transportasi jarang terjadi pada perempuan.

“Kegilaan selfie kini lebih mematikan dibandingkan serangan hiu,” tulis Euronews“Hanya 90 kematian dalam kurun waktu yang sama (2008-2021) diakibatkan hiu.”

Dari banyaknya insiden, Cornell dkk menyarankan pentingnya para praktisi pariwisata bekerja sama dengan pihak pengelola tempat wisata untuk mengatasi masalah ini. Terutama di lokasi perairan. Ada beberapa rekomendasi yang dijabarkan Cornell dkk, dari hasil penelusuran risetnya.

Pertama, membuat dan menerapkan zona larangan selfie, terutama di daerah dengan lalu lintas wisata yang tinggi, perairan, pegunungan, dan gedung-gedung tinggi di perkotaan. Kedua, mengembangkan program dengan kecerdasan buatan yang dapat mengidentifikasikan lokasi berbahaya untuk mengambil foto selfie lewat input gambar dan teks.

Ketiga, mengomunikasikan risiko mengambil foto selfie kepada wisatawan. Keempat, pelaku perjalanan wisata harus menginstruksikan wisatawan terkait pengambilan foto selfie yang aman. Terakhir, Cornell dkk merujuk penelitian Mohit J. Jain dan Kinjal J. Mavani yang diterbitkan International Journal of Injury Control and Safety Promotion (2017), diperlukan uji coba skala besar untuk mencegah insiden terkait selfie.

“Para penulis (penelitian tersebut) juga menyarankan penerapan zona larangan selfie, seperti di Rusia dan merekomendasikan pendekatan antarlembaga untuk mencegah lebh banyak musibah karena selfie,” tulis Cornell dkk.

Berita Lainnya
×
tekid