sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Cerita Rachel Amanda mengenai kebiasaannya menabung

Menurutnya, tabungan itu penting karena dapat digunakan untuk kondisi tertentu yang memerlukan uang tambahan.

Silvia Ng
Silvia Ng Selasa, 24 Agst 2021 15:23 WIB
Cerita Rachel Amanda mengenai kebiasaannya menabung

Dalam rangka Hari Indonesia Menabung 2021, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kementerian/lembaga, dan industri perbankan menyelenggarakan kegiatan KEJAR Prestasi Anak Indonesia (KREASI) dengan tema “Satu Rekening Satu Pelajar, Wujudkan Impian Anak Indonesia”.

Acara ini diselenggarakan untuk meningkatkan awareness pelajar mengenai pentingnya untuk menabung sejak dini. Terlebih, karena pandemi Covid-19 yang telah mengingatkan tiap individu agar memiliki dana darurat.

Terkait hal ini, artis sekaligus penulis Rachel Amanda mengaku, sejak dari kecil, telah memiliki kebiasaan untuk menabung dengan cara menyisihkan 10%-20% dari uang jajan, untuk membeli kebutuhan pribadi jika dibutuhkan. Karena itu, saat ini dia telah terbiasa untuk menabung, dan juga berinvestasi.

“Nah, sistem itu (menyisihkan uang) yang aku tetapkan sampai sekarang dalam menabung atau berinvestasi. Jadi sebenarnya menabung itu angkanya tidak perlu besar, tetapi jika dilakukan terus-menerus secara rutin dan dalam jangka waktu tertentu, bisa jadi hasil angkanya akan membuat teman-teman menjadi kaget,” jelasnya.

Menurutnya, tabungan itu penting karena dapat digunakan untuk kondisi tertentu yang memerlukan uang tambahan. Dia juga menyebutkan, saat ini menabung sudah lebih gampang untuk dilakukan, karena itu dia menyarankan untuk mulai menabung sedari dini.

“Kebetulan adikku yang paling kecil juga masih di jenjang SMA. Adikku nih sudah mulai menabung dan sudah mencari tahu tentang investasi. Tetapi, investasi yang harus jelas dan terdaftar di OJK. Jadi enggak yang sembarangan, dan tetap menyesuaikan dengan kemampuan,” ungkapnya.

Sementara anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara mengatakan, gerakan menabung bagi pelajar adalah hal yang sangat krusial dan penting untuk dilakukan.

Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 114 Tahun 2020 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif, yang salah satu target keuangan inklusif adalah pelajar.

Sponsored

Tirta menjelaskan, seharusnya melalui pandemi seperti Covid-19, masyarakat menjadi lebih sadar untuk mempersiapkan diri menghadapi sitasi darurat, termasuk dengan mempersiapkan dana cadangan dengan kebiasaan menabung sejak dini.

Paling tidak, terdapat lima alasan gerakan menabung untuk pelajar sangat krusial, penting, dan strategis untuk dilakukan.

Pertama, pelajar merupakan generasi penerus yang akan membangun Bangsa Indonesia di masa mendatang. Para pelajar perlu dipersiapkan untuk memiliki pemahaman keuangan yang memadai.
“Para pelajar jelas merupakan critical economy players atau pelaku ekonomi yang sangat strategis, dan perlu dibekali dengan pemahaman keuangan yang memadai,” jelas dia.

Kedua, Survei OJK 2019 membuktikan, para pelajar umumnya memiliki tingkat literasi keuangan dan inklusi keuangan yang relatif rendah. Tingkat literasi keuangan penduduk Indonesia (15-17 tahun) hanya 16% tingkat literasinya. Sementara itu, tingkat inklusi keuangan penduduk Indonesia (15-17 tahun) hanya 58% keduanya jauh di bawah tingkat literasi keuangan dan inklusi keuangan nasional yang masing-masing sebesar 38% dan 76%.

Ketiga, para pelajar rentan dari sisi keuangan. Hal ini berkaitan dengan alasan ke-2, yang mungkin dikarenakan para pelajar umumnya belum berpenghasilan dan belum memiliki uang. Para pelajar kerap menghabiskan uang untuk kesenangan daripada menabung atau berinvestasi.

Selanjutnya, kebanyakan pelajar tidak mempersiapkan dana darurat. Padahal, Covid-19 telah menyadarkan kita pentingnya memperkuat ketahanan keuangan atau financial resiliance.
Terakhir, para pelajar umumnya suka mengikuti tren dengan meniru apa yang dilakukan tokoh idola atau para influencer di media sosial.

“Oleh karena itu, pemahaman keuangan menjadi sangat pentng agar para pelajar tidak mudah terberdaya oleh janji-janji manis yang dilontarkan oleh influencer ketika berinvestasi atau bergaya berlebihan yang tidak perlu,” pungkasnya.
 

Berita Lainnya
×
tekid