sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id
M Rahmat Yananda

Bersekutu dengan ilmuwan lawan Covid-19

M Rahmat Yananda Kamis, 16 Apr 2020 09:51 WIB

Kebijakan dengan bukti, kolaborasi dengan ilmuwan

Semenjak Presiden Jokowi mengumumkan pasien pertama Covid-19, pemerintah tidak terbuka. Salah satunya sumbernya adalah data, yang memunculkan ketidakpercayaan publik dalam dan luar negeri. Pemerintah bereaksi negatif atas informasi atau data yang menyatakan Indonesia tidak serius dan andal mengantisipasi pandemi.

Misalnya, penelitian Marc Lipsitch profesor dari universitas Harvard yang memprediksi dengan pemodelan matematis bahwa kasus corona di Indonesia undetected. Pakar epidemiologi Harvard T.H. Chan School of Public Health tersebut menggunakan model regresi linear lokal membandingkan data volume perjalanan dari Wuhan dengan negara yang melakukan pengawasan yang ketat. Penelitian tersebut mengingatkan kepada penelitian sejenis yang dilakukan Niehus dkk. terhadap Singapura yang malahan di dapat menjadi insight.  

Pemerintah harus mengedepankan kebijakan berbasis bukti (evidence-based). Perencanaan dan tindakan berangkat dari praktik terbaik, belajar dari masa lalu, dan riset termutakhir yang dikawal oleh komunitas ilmiah yang kompeten. Pendekatan keilmuan untuk manajemen kesehatan telah menggunakan kesehatan berbasis bukti adalah disiplin yang berpusat kepada pengambilan keputusan berdasarkan bukti-bukti terkait suatu kelompok atau populasi yang mungkin bermanifestasi sebagai pembuatan, pembelian atau manajemen kebijakan berbasis bukti (Gray, 2001). 

Perdebatan memilih kebijakan lockdown, karantina, dan PSBB, yang menghabiskan waktu dan energi bersumber dari keengganan memanfaatkan bukti-bukti. Pembelian alat tes corona yang ternyata tidak tepat adalah bentuk lain dari kurang mendapat perhatiannya kebijakan yang didukung bukti. Termasuk juga membiarkan ekspor OPD yang menyebabkan terjadinya kelangkaan di dalam negeri menyulitkan bahkan mengancam keselamatan tenaga kesehatan. 

Padahal beberapa pemodelan telah dilakukan ilmuwan Indonesia dari satu atau gabungan perguruan tinggi, termasuk ilmuwan asal Indonesia di negara lain. Tim FKM UI (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia) dengan penelitian bertajuk “COVID-19 Modelling Scenarios Indonesia” (27/03/2020) yang disusun untuk Bappenas memperkirakan hampir 2,5 juta orang di Indonesia diprediksi terjangkit Covid-19 jika pemerintah tak melakukan intervensi secara serius. Sebanyak 240.244 pasien diperkirakan bakal meninggal dunia akibat corona di dalam negeri. Tim peneliti ITB melakukan simulasi disampaikan dalam laporan yang berjudul “Data dan Simulasi COVID-19 dipandang dari Pendekatan Model Matematika” memprediksi puncak pandemi. Pengajar NTU Singapura Sulfikar Amir dan rekannya membuat pemodelan (Kompas, 14/04/2020) berjudul “Total Lockdown”, “Micro-lockdown”, “Social Distancing”.

Banyak lagi ilmuwan putra-putri cerdas bangsa ini melakukan pemodelan sejenis. Sayangnya, pemerintah belum tertarik mengolaborasikan riset-riset tersebut. Padahal mereka dapat ditempatkan bersama-sama dalam Gugus Tugas. Mereka juga dapat difasilitasi dalam bentuk collective intelligence. Contohnya adalah inisiasi yang dilakukan Kawal Covid-19. Jika Gugus Tugas hadir bersama mereka memberikan penjelasan langkah-langkah menghadapi pandemi, maka kepercayaan publik akan lebih mudah dipulihkan. 

Dan pemerintah harus berhenti dan jangan lagi mengulangi membangun opini memanfaatkan lembaga-lembaga pemerintah yang tidak mempunyai kapasitas. Presiden harus turun langsung memutuskan jika terjadi perbedaan kebijakan, misalnya terkait operasi ojek daring selama PSBB.  Walaupun keputusan melakukan PSBB di Jabodetabek bervariasi pelaksanaannya, kebijakan tersebut telah mendorong salah satu praktik baik (best practice).

Sponsored

Penggunaan tes PCR dan meningkatnya jumlah tes juga merupakan praktik yang baik. Akhirnya, data jumlah OPD dan PDP dibuka walaupun punya konsekuensi rumit dalam pelacakan, juga merupakan yang praktik baik. Semua pratik baik tersebut harus dilanjutkan. Kolaborasi dengan ilmuwan dimaksimalkan untuk mendorong kebijakan berbasis bukti. Kolaborasi tersebut juga dapat dipraktikan ditingkat daerah bersama-sama dengan ilmuwan dari perguruan tinggi setempat. Walaupun kita belum bisa membayangkan akhir peperangan melawan corona, tetapi kita harus bertempur dengan cara terbaik yang seharusnya kita perankan agar tiada sesal di kemudian hari. 

Berita Lainnya
×
tekid