sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Banjir dan longsor di Sumatera, 20 orang meninggal

Korban meninggal tersebar di 4 wilayah di Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Laila Ramdhini
Laila Ramdhini Sabtu, 13 Okt 2018 14:59 WIB
Banjir dan longsor di Sumatera, 20 orang meninggal

Hujan deras yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara dan Sumatera Barat selama Kamis dan Jumat (11-12/10), telah menyebabkan bencana banjir, banjir bandang, dan longsor di beberapa tempat. 

“Dampak yang ditimbulkan cukup besar,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan resmi, Sabtu (13/10).

Data sementara yang dilaporkan BPBD Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat, banjir dan longsor menyebabkan 20 orang meninggal dunia, 15 orang hilang, dan puluhan orang luka-luka. Para korban tersebar di 4 wilayah, yaitu di Kabupaten Mandailing Natal, Kota Sibolga, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Pasaman Barat.

Dampak banjir bandang dan longsor di Mandailing Natal lainnya, adalah 17 unit rumah roboh, 5 unit rumah hanyut, serta ratusan rumah terendam banjir, dengan ketinggian 1-2 meter di Kecamatan Natal dan Muara Batang Gadis. Sementara 8 titik longsor berada di Kecamatan Batang Natal.

Di Pasaman barat, lebih dari 1.000 rumah terdampak banjir. Begitu juga lahan pertanian yang rusak lebih dari 1.000 hektare.

Kepala Badan Perencanaan Daerah (BPBR) Pasaman Barat, Tri Wahluyo, mengatakan banjir yang terjadi sejak Kamis (11/10) tersebut, merupakan banjir terbesar yang pernah terjadi di Pasaman Barat. 

Sementara di Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, empat orang meninggal akibat banjir bandang yang terjadi. Tiga di antaranya merupakan satu keluarga, yaitu ibu dan dua anaknya. 

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanah Datar Thamrin mengatakan, pihaknya mencatat 14 orang selamat dalam kejadian ini, dan telah dievakuasi. Sementara 6 bangunan hunian, kedai, dan penggilingan padi, mengalami kerusakan berat.

Sponsored

Adapun kebutuhan mendesak bagi para korban saat ini, adalah bahan makanan pokok dan alat berat.

Sutopo mengatakan, evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban, masih terus dilakukan. Hanya saja, prosesnya menghadapi kendala karena kondisi medan yang berat. Desa-desa terdampak berada di pegunungan, pinggir hutan, dan akses jalan sulit dijangkau karena rusak. 

BPBD Mandailing Natal, BPBD Provinsi Sumatera Utara, TNI, Polri, SAR Daerah, SKPD, PMI, dan relawan, ikut terlibat dalam proses darurat bencana. Kepala daerah terdampak bencana, telah menetapkan status tanggap darurat banjir selama 7 hari, terhitung sejak 11 Oktober 2018. 

Berita Lainnya
×
tekid