sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Blackbox jadi kunci informasi penyebab jatuhnya JT 610

Kotak kecil berwarna orange tersebut menjadi kunci persis detik-detik terakhir pecakapan pilot dan co-pilot di dalam kabin pesawat

Soraya Novika Dimeitri Marilyn
Soraya Novika | Dimeitri Marilyn Selasa, 30 Okt 2018 18:38 WIB
Blackbox jadi kunci informasi penyebab jatuhnya JT 610

Tim gabungan pencari penumpang Lion Air JT 610 terus melakukan penyisiran ke area Laut Jawa Utara Bekasi. Selain penyisiran di lokasi jatuhnya pesawat Lion Air, tim gabungan juga belum menemukan black box navigasi. 

Padahal dari kotak kecil berwarna orange tersebut menjadi kunci persis detik-detik terakhir pecakapan pilot dan co-pilot di dalam kabin pesawat. Hal yang sama juga diharapkan oleh pihak AirNav agar sesegera mungkin kotak hitam tersebut bisa ditemukan oleh tim gabungan pencari penumpang Lion Air JT 610.

"Saya rasa kalau ditanya penting atau tidak. Black box cukup penting sangat penting. Dari situ bisa dijelaskan kondisi navigator secara rinci. Kerusakan di mana? Misalkan masalah listrik, kabel terbakar atau di baling-baling," kata Manager Humas AirNav Yohannes Harry Douglas Sirait kepada Alinea.id, Selasa (30/10).

Menurut Yohannes tidak semua percakapan dilaporkan kepada pihaknya. Percakapan yang bisa terekam oleh AirNav hanya saat permintaan return to based (RtB) atau permintaan kembali ke landasan pacu bandara terdekat.

Di sisi lain, akses percakapan bisa dihentikan oleh pilot bila dirasakan permintaan sudah disanggupi oleh otoritas Bandara. 

"Kami memang memiliki akses perekam aktivitas pilot dan co pilot di dalam kabin. Tapi itu kalau ada keluhan pesawat di udara. Selain itu bisa di tutup aksesnya. Makanya dibutuhkan rekaman black box tersebut," ucap Yohannes Harry Douglas.

Sementara melihat jatuhnya pesawat pada Senin (29/10) tersebut bukan kali pertamanya Lion Air mengalami kecelakaan. Dari catatan Alinea.id, dalam kurun 2013-2018, Lion Air sudah lima kali mengalami kecelakaan. 

Dimulai pada 13 April 2013, pesawat Boeing 737-800 terbang dari Bandara Husein Sastranegara Bandung menuju I Gusti Ngurah Rai Bali. Beruntung dari 110 penumpang di dalamnya dinyatakan selamat lewat tangan dingin pilot Mahlup Ghazali.

Sponsored

Peristiwa lainnya terjadi pada 19 April 2013, saat pesawat Boeing 737-900 yang terbang dari Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali menuju Bandara Soekarno-Hatta Jakarta mendadak berhenti di udara. Insiden ini pun juga tidak menimbulkan korban jiwa. 

Berlanjut pada 29 April 2018 Lion Air pernah tergelincir di Bandara Gorontalo. Maskapai dengan nomor penerbangan JT-892 dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar menuju Gorontalo itu tergelincir karena hujan lebat. Kasus ini pun tidak menimbulkan korban jiwa. 

Sama seperti sebelumnya, Lion Air juga pernah mengalami kecelakaan pada 6 Agustus 2018. Saat itu pesawat Lion Air Boeing 737-800 dengan nomor penerbangan JT-892 tergelincir. Kecelakaan itu terjadi akibat adanya tiga ekor sapi di landas pacu. Pesawat akhirnya mendarat melebihi landas pacu. Sebanyak 110 penumpang dinyatakan selamat.

Insiden kecelakaan Lion Air sempat menorehkan sejarah kelam dengan korban 26 meninggal dunia pada 30 November 2004. Saat itu, penerbangan 538 PK-LMN, MD-82 rute Jakarta-Solo-Surabaya tergelincir saat mendarat di Bandara Adisumarmo, Solo.

Banyaknya catatan kecelakaan pada maskapai penerbangan Lion Air tersebut, tetap membuat AirNav tidak mau bespekulasi. Spekulasi tersebut menyoal apakah izin penerbangan Lion Air dapat dimoratorium oleh Pemerintah atau tidak.

"Itu masih terlalu jauh. Kami masih fokus pada penanganan rekomendasi KNKT mengenai maintenance teknis navigasi," tutup Yohannes.

Sementara seorang pegawai dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bernama lengkap Ubaidillah Salabi menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10).

Menurut Menteri KLHK Siti Nurbaya Bakar, pegawainya yang memiliki jabatan Kepala Sub Direktorat Inventarisasi Hutan KLHK itu, mestinya Selasa (30/10) menjalani ujian kenaikan pangkat menjadi eselon II andai saja kejadian nahas itu tidak terjadi.

"Padahal dia tes untuk jadi eselon II," ujar Siti saat menyambangi gedung VIP Terminal IB Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, Selasa (30/10).

Siti mengungkapkan sebelum memilih berangkat dengan pesawat Lion Air JT 610, Ubaidillah sempat memilih berangkat dengan maskapai Garuda Indonesia pada Minggu (28/10) malam. Namun, karena kondisi orangtua yang sakit, membuat pejabat eselon III ini membatalkan penerbangannya hari itu dan mengambil penerbangan Senin (29/10) pagi dengan menaiki Lion Air.

Berdasarkan penuturan Siti, KLHK telah memberikan pendampingan kepada keluarga Ubaidillah. "Sekarang istrinya sedang menunggu berita di Hotel Ibis Cawang karena tinggalnya di Bogor," tambahnya.

Siti hadir di Bandara Soekarno-Hatta bersama dengan Menteri Pariwisata dan Lingkungan Hidup Republik Kongo Arlette Soudan-Nonau beserta rombongan untuk kepentingan menghadiri The 4th Intergovermental Review Meeting on the Implementation of the Global Programme of Action for the Protection of the Marine Environment from Land-Based Activities (IGR-4) yang akan dilaksanakan di Nusa Dua Bali pada 31 Oktober hingga 1 November 2018.

Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang lepas landas sekitar pukul 06.20 WIB, mengangkut 188 orang yang terdiri dari 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak, dan dua penumpang balita atau bayi dengan dua pilot dan lima awak kabin.

Pascalepas landas, pilot pesawat sempat meminta 'return to base' atau kembali Bandara Soekarno-Hatta dan langsung disetujui oleh pihak 'Air Traffic Controller' (ATC) atau Pemandu Lalu Lintas Udara. Namun, nahasnya, sekitar pukul 06.32 WIB ATC kehilangan kontak dengan pesawat tersebut.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid