close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Wakil Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf, mengusulkan mata pelajara PMP dihidupkan lagi untuk mencegah bullying di sekolah. Dokumentasi DPR
icon caption
Wakil Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf, mengusulkan mata pelajara PMP dihidupkan lagi untuk mencegah bullying di sekolah. Dokumentasi DPR
Nasional
Jumat, 06 Oktober 2023 13:19

Cegah bullying di sekolah, Dede Yusuf usul PMP dihidupkan lagi

Dede Yusuf berpendapat, siswa tidak bisa sepenuhnya disalahkan atas kenalakan yang dilakukannya buntut kemorosotan moral.
swipe

Wakil Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf, meminta pemerintah menghidupkan kembali mata pelajaran pendidikan moral Pancasila (PMP) menyusul maraknya kasus perundungan (bullying) dan kekerasan di sekolah. Ia harap PMP kembali diajarkan sejak sekolah dasar (SD) hingga perguruan tinggi.

Ia mendorong demikian lantaran bullying terjadi karena minimnya pendidikan moral di sekolah. Sementara itu, mata pejalaran PMP diklaim dapat meningkatkan akhlak dan budi pekerti.

"Menurut saya, kondisi ini sudah darurat moral, bukan lagi krisis moral," ujarnya dalam keterangannya. "Pendidikan bagaimana menghargai orang lain, bagaimana menolong orang lain itu, kan, tidak ada pendidikannya."

Dede Yusuf juga mengusulkan pembentukan satuan tugas (satgas) di sekolah, yang beranggotakan guru, orang tua, dan babinsa/bhabinkamtibmas. Satgas bertugas mengantisipasi terjadinya perundungan dan kekerasan melalui diseminasi pendidikan karakter.

"Satgas ini sangat penting untuk menanamkan pendidikan karakter yang dibutuhkan bagi anak-anak dalam menjunjung tinggi budi pekerti luhur. Karena Satgas ini melibatkan seluruh aspek masyarakat dan penegak hukum untuk mengawasi, mendidik, dan membina anak," tuturnya.

Politikus Partai Demokrat optimistis kehadiran satgas dapat meredam kenakalan anak-anak, utamanya di luar lingkungan sekolah. Masuk geng motor, misalnya.

"Anak-anak yang ikut-ikutan masuk atau membuat geng-geng, seperti geng motor, juga cukup mengkhawatirkan karena sering bertindak melawan hukum. Satgas ini juga bisa mengantisipasi hal itu," katanya.

Lebih jauh, Dede Yusuf berpendapat, siswa tidak bisa sepenuhnya disalahkan atas kenalakan yang dilakukannya buntut kemorosotan moral. Dalihnya, saat ini memasuki era media sosial.

"Kalau siswa kita salahkan, nanti penjara anak akan penuh. Jadi, mau tidak mau pendidikan akhlak anak harus kita perhatikan sejak dini. Dari sejak PAUD, dari sejak SD," ucapnya.

Diketahui, kasus kekerasan dan perundungan oleh pelajar tengah marak akhir-akhir ini. Misalnya, seorang siswa SMP Negeri 2 Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah, menganiaya teman sekelasnya serta seorang guru madrasah aliah (MA) di Demak, Jawa Tengah, dibacok siswanya sendiri saat asesmen tengah semester.

Pun seorang siswi SD di Gresik, Jawa Timur, diduga dipalak dan dicolok matanya hingga buta oleh kakak kelasnya. Selain itu, terjadi aksi kekerasan oleh geng motor, yang beranggota anak-anak di bawah umur, di Kampung Bandan, Jakarta Utara. 

img
Fatah Hidayat Sidiq
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan