sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Guru SD terduga teroris, Kepala BNPT: Virus radikalisme tak pandang status

Terorisme dan radikalisme bisa masuk ke mana saja, tanpa melihat status dan profesi seseorang.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Minggu, 06 Nov 2022 17:28 WIB
Guru SD terduga teroris, Kepala BNPT: Virus radikalisme tak pandang status

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar angkat bicara soal penangkapan tiga terduga teroris oleh tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Jumat (28/10) lalu. Satu di antara tiga orang tersebut teridentifikasi sebagai kepala sekolah di salah satu sekolah dasar (SD) di Sumenep.
 
Boy menyebut, dugaan terlibatnya guru SD dalam aktivitas terorisme tersebut membuktikan virus terorisme dan radikalisme bisa masuk ke mana saja, tanpa melihat status dan profesi seseorang.

“Itulah, virus bisa mengenai siapa saja, virus intoleransi, radikalisme tidak pernah lihat status sosial, tidak melihat profesi. Jadi, itu adalah bukti bahwa virus ini tidak mengenal status sosial. Guru juga bisa kena,” ujar Boy di sela-sela acara Parade Budaya Nusantara BNPT dengan rute Sarinah-Bundaran HI-Sarinah, Jakarta, Minggu (6/11).

Atas hal tersebut, Boy mengimbau perlunya keterlibatan seluruh pihak dalam mengantisipasi dan mencegah masuknya intoleran, radikalisme, dan terorisme. Menurut dia, upaya pencegahan dan pemberantasan terorisme tidak hanya bisa dilimpahkan pada pemerintah saja.

"Perlu kewaspadaan yang ekstra kita semuanya. Kembalilah kepada jati diri kepribadian bangsa Indonesia yang toleran, menghormati kemajemukan, memiliki semangat persatuan, itu adalah identitas kita," tuturnya.

Boy mengklaim, pihaknya saat ini terus melakukan empat hal dalam mencegah dan meminimalisasi intoleran, terorisme, dan radikalisme. Yakni, transformasi wawasan kebangsaan yang berpatokan pada UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Lalu, revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam seluruh aspek kehidupan. Ketiga, moderasi ajaran-ajaran agama, dan keempat adalah penguatan budaya Nusantara.

Lebih lanjut, untuk memperkuat budaya sebagai salah satu upaya mencegah masuknya virus intoleran, terorisme, dan radikalisme, Boy mengungkapkan BNPT pun menggelar Parade Budaya Nusantara.

"Sebagai pihak yang bergerak pada sektor pencegahan penyebaran pengaruh intoleransi, radikalisme, dan terorisme, parade tersebut juga merupakan wujud upaya BNPT dalam membangun ketahanan bangsa Indonesia melalui penguatan aspek budaya. Dengan demikian, terbangun ketahanan bangsa Indonesia dari pengaruh intoleransi, radikalisme, dan terorisme," jelas Boy.

Berkaitan dengan penangkapan tiga orang terduga teroris di Sumenep pada Oktober lalu, ketiganya terdiri dari seorang guru SD negeri berinisial A, sedangkan dua terduga lainnya adalah N seorang warga Kalianget, dan D warga Desa Pangarangan, Sumenep, Jawa Timur.

Sponsored

Penangkapan A, N, dan D, merupakan hasil pengembangan dari penangkapan terduga teroris di Sampang, pada 13 Oktober 2022 lalu. Saat itu, tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap seorang oknum aparatur sipil negara (ASN) berinisial S, karena ada dugaan terlibat dalam organisasi teroris internasional, yakni Jamaah Islamiah (JI).

Hingga kini total warga Madura yang ditangkap Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri atas dugaan terlibat jaringan teroris sebanyak lima orang dengan perinciannya di Kabupaten Sumenep sebanyak empat orang, terdiri atas tiga orang ditangkap pada tanggal 28 Oktober 2022, dan satu orang lainnya pada tahun 2016 setelah terdeteksi Densus 88 terlihat jaringan terorisme sejak 2010. Satu terduga teroris lainnya ditangkap di Kabupaten Sampang pada tanggal 13 Oktober 2022.

Berita Lainnya
×
tekid