sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menjaga asrama sekolah jadi klaster baru penularan Covid-19

Secapa TNI AD menjadi klaster baru penularan Covid-19 paling masif. Hal ini jadi peringatan bagi sekolah berasrama lainnya.

Akbar Ridwan
Akbar Ridwan Sabtu, 18 Jul 2020 06:00 WIB
Menjaga asrama sekolah jadi klaster baru penularan Covid-19

Sore itu, Pondok Pesantren Alfa Sanah di Tangerang, Banten terlihat sepi. Hanya ada sekitar 20 santri yang tengah melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan pondok pesantren untuk menyambut tahun ajaran baru, meski aktivitas pembelajaran masih tertunda akibat pandemi.

Menurut salah seorang santri, Muzakar—bukan nama sebenarnya, kegiatan belajar-mengajar di pondok pesantren memang sudah ditiadakan sejak dua minggu kasus Coronavirus disease 2019 (Covid-19) pertama terkonfirmasi di Indonesia, Maret 2020 lalu.

Aktivitas belajar pun dilakukan secara daring, termasuk pengajian. Pihak yayasan juga memutuskan untuk memulangkan para santrinya.

“Tadinya ada 1.200-an santri, yang lulus sekitar 400 orang. Jadi, sekarang sekitar 700 hingga 800 santri, yang sudah dipulangkan dari awal ada Covid-19,” ujar Muzakar saat berbincang dengan reporter Alinea.id, Kamis (16/7).

Keputusan memulangkan santri diambil pihak yayasan karena khawatir dengan penularan virus mematikan yang belum ada vaksinnya. Pemuda berusia 16 tahun itu mengaku tak ikut kembali pulang ke kampung halamannya karena khawatir membawa virus.

Ia mengatakan, pihak yayasan sangat patuh terhadap segala kebijakan pemerintah. Jika pemerintah belum memberikan lampu hijau untuk membuka sekolah, maka pihak pesantren pun tetap akan tutup. Demi mengantisipasi penularan virus, pondok pesantren ini juga menyediakan bilik disinfektan untuk orang luar yang hendak berkunjung, termasuk wali murid.

Pelajaran dari Secapa TNI AD

Pasis Diktukpa TNI AD mengikuti nonton bareng Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi saat Peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Sudirman dan Ruang Makan Suprapto, Secapa AD, Kota Bandung, Jabar, Senin (1/6/2020). Foto dokumentasi Secapa AD.

Sponsored

Pondok Pesantren Alfa Sanah termasuk salah satu sekolah berasrama yang mesti waspada di tengah ancaman pandemi Covid-19. Beberapa kali, asrama yang menjadi tempat menginap siswa atau mahasiswa menjadi sorotan lantaran terjadi penularan masif di dalamnya.

April 2020 lalu, Asrama Seminari Bethel yang menjadi tempat tinggal sebanyak 180 mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) Bethel Indonesia di Petamburan, Jakarta menjadi perbincangan. Perkaranya, ada 36 mahasiswa yang dinyatakan positif Covid-19. Tambahan kasus tersebut sempat membuat Kelurahan Petamburan menjadi daerah terpapar Covid-19 paling tinggi di wilayah DKI Jakarta.

Pertengahan Juli 2020, di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor 2 Ponorogo, Jawa Timur pun dikonfirmasi ada 23 orang yang terpapar Covid-19. Yang paling mencengangkan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI Angkatan Darat di Bandung, Jawa Barat.

Menurut keterangan tertulis yang diterima Alinea.id, Kamis (16/7), Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigjen TNI Nefra Firdaus mengatakan, setelah dilakukan tes Covid-19, ada 1.307 siswa dan pelatih yang terinfeksi virus. Jumlah itu kemudian berkurang menjadi 948 orang.

Sebelumnya, pada 9 Juli 2020, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebut, terdapat 1.262 orang positif Covid-19 di klaster Secapa TNI AD. Hal itu sempat membuat Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi tertinggi kasus baru penyebaran Coronavirus di Indonesia.

Terkait hal ini, anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kasus klaster Secapa TNI AD. Pertama, peristiwa di Secapa TNI AD menjadi pengingat kalau kerumunan orang dalam waktu yang bersamaan memengaruhi penularan virus.

“Bisa jadi juga sirkulasi udaranya belum tentu dijaga dengan baik dan terus-menerus berkumpul dalam waktu yang lama,” ujarnya di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (15/7).

Kedua, menurut Dewi, kasus Secapa TNI AD didominasi pasien tanpa gejala. Jika pun ada gejala, pasien tersebut hanya mengalami gejala ringan. Hal itu, kata Dewi, bisa mengingatkan bila daya tahan tubuh memang punya peran penting melawan virus.

Ketiga, sekalipun didominasi kasus tanpa gejala, penting diperhatikan jika kasus tersebutlah yang punya potensi tinggi untuk menularkan ke orang yang imunitas tubuhnya rentan. Keempat, gerak cepat Secapa TNI AD dalam menanggulangi penularan terbilang baik dan jelas. Mereka langsung inisiatif memeriksa dan melakukan isolasi mandiri.

Isolasi mandiri itu, kata Dewi, penting dilakukan meski ada pasien dengan gejala ringan. Sebab, kalau tidak melakukan tindakan itu, risikonya menular kepada orang lain yang imunitas tubuhnya rendah.

“Jadi risikonya tinggi ketika ketemu dengan kelompok rentan. Kebetulan mereka belum ke mana-mana. Jadi memang merekanya sendiri akhirnya benar-benar dijaga,” katanya.

Mencegah penularan

Santri berada di asrama Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Minggu (5/4/2020). Foto Antara/Syaiful Arif.

Menurut pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono, asrama sangat potensial menjadi klaster baru penularan Covid-19. Bila ingin asrama aman dari penularan, Pandu menyarankan sebelum masuk, orang-orang yang berkepentingan harus benar-benar dinyatakan negatif virus.

Hasil negatif pun, ujarnya, harus berdasarkan tes dengan metode polymerase chain reaction (PCR), bukan rapid test. Sebab, Pandu berpendapat rapid test tidak bisa digunakan untuk mendiagnosis seseorang. Pengelola asrama juga harus memastikan tak terjadi kontak dengan pihak luar.

“Asrama di-lockdown benar, enggak boleh ada orang masuk dan penghuni asrama enggak boleh keluar sampai dipastikan semuanya aman,” tutur Pandu saat dihubungi, Kamis (16/7).

Pandu pun menyarankan, pengelola asrama bisa menerapkan kebijakan 50% kapasitas, jika ada aktivitas di lingkungan asrama. Meski begitu, ia meragukan orang-orang di dalam asrama akan bisa melakukan jaga jarak.

“Atau kalau memang mampu, asramanya dibesarkan. Jadi, jangan terlalu padat,” kata dia.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI Hasbullah Thabrany berpendapat, yang paling penting adalah menerapkan disiplin tinggi dan protokol kesehatan, seperti jaga jarak, pakai masker, menjaga kebersihan diri, dan pakaian.

“Semua sama saja. Untuk asrama, pimpinan asrama harus sangat disiplin,” kata Hasbullah saat dihubungi, Rabu (15/7).

Dihubungi terpisah, Kepala Departemen Epidemiologi FKM UI Tri Yunis Miko Wahyono menilai, untuk meminimalisir kemungkinan asrama menjadi klaster baru Covid-19, pihak pengelola asrama harus memastikan penghuninya tak keluar dari lingkungan asrama.

Di samping itu, Tri mengatakan, isolasi mandiri merupakan cara paling aman untuk penghuni asrama. Meski demikian, ia menyarankan agar pemerintah juga berpikir berkali-kali agar tak terlebih dahulu membuka sekolah, termasuk sekolah berasrama.

“Kalau sudah nol yakinlah baru kita buka. Kalau belum nol, bahaya,” kata dia saat dihubungi, Kamis (16/7).

Infografik sekolah asrama. Alinea.id/Dwi Setiawan.

Terkait pondok pesantren, Tri secara khusus menyoroti pengelola pondok pesantren di Jawa Timur. Sebab, jika dibandingkan dengan daerah lain, Jawa Timur terbilang lebih banyak berdiri pondok pesantren. Terlebih lagi, Provinsi Jawa Timur tengah menjadi sorotan pemerintah pusat karena kasus Covid-19 semakin hari semakin tinggi.

Hingga Jumat (17/7), Jawa Timur mencatat total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 tertinggi di Indonesia, sebanyak 17.829 kasus. Pada 17 Juli 2020, Jawa Timur pun mencatat kasus baru terbanyak, dengan penambahan 255 kasus.

Menurut Tri, jika memiliki santri lebih dari 1.000 orang, bukan tak mungkin pondok pesantren di Jawa Timur menjadi klaster baru Covid-19. “Pasti kasusnya enggak bisa diduga. Pasti ada. Karena mengontrol orang enggak keluar pesantren susah,” ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid