sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Roa Malaka, bertahan dikepung kasus Covid-19 di Jakarta

Sejauh ini, ada empat kelurahan di DKI Jakarta yang mengklaim bebas Covid-19. Salah satunya Roa Malaka. Bagaimana mereka bertahan?

Akbar Ridwan Marselinus Gual
Akbar Ridwan | Marselinus Gual Kamis, 25 Jun 2020 19:00 WIB
Roa Malaka, bertahan dikepung kasus Covid-19 di Jakarta

“Selamat datang di kampung bebas Covid-19,” kata Ketua RW 03 Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Yusri Abdillah saat ditemui reporter Alinea.id di pos RW 03, Rabu (24/6).

Di depan pos yang bercat biru muda itu terpampang spanduk berwarna hijau. “Pencanangan RW Merdeka Covid-19 Kelurahan Roa Malaka. Aman, Sehat, Produktif,” begitu tulisan di spanduk tersebut. Yusri berkisah, tiga pekan lalu RW 03 dinobatkan sebagai kampung bebas Covid-19 oleh Camat Tambora, Bambang Sutarna.

Cara tangkal penularan

Menurut Yusri, sebagai salah seorang anggota Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kelurahan Roa Malaka, tugasnya sekarang menjadi berat setelah dinobatkan sebagai kampung merdeka Covid-19. Ia mengatakan, harus mempertahankan predikat tersebut.

DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan kasus terkonfimasi positif Covid-19 tertinggi di Indonesia. Per 25 Juni 2020, berdasarkan data dari situs web corona.jakarta.go.id, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Jakarta sebanyak 10.472. Jumlah tersebut tersebar di 263 dari 267 kelurahan. Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara memiliki jumlah kasus tertinggi, yakni 175.

Artinya, tinggal empat kelurahan yang diklaim bebas Covid-19. Pada awal Juni 2020, ada tujuh kelurahan yang mengklaim warganya masih bebas dari SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Selain Roa Malaka yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Tambora Jakarta Barat, enam kelurahan lain, yakni Kuningan Barat di Jakarta Selatan, Duri Selatan di Jakarta Barat, Pulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu, Pulau Pari di Kepulauan Seribu, Pulau Panggang di Kepulauan Seribu, dan Pulau Harapan di Kepulauan Seribu.

Seiring waktu, berdasarkan data dari situs web corona.jakarta.go.id, di Kuningan Barat ada lima orang terpapar virus. Kemudian, Duri Selatan ada delapan orang terinfeksi, dan Pulau Panggang ada satu orang terkonfirmasi positif. Dengan perkembangan kasus yang ada, Roa Malaka, Pulau Harapan, Pulau Pari, dan Pulau Untung Jawa diklaim masih tak ditemukan kasus warga terinfeksi virus.

Sponsored

Yusri menuturkan, ada 500 kepala keluarga yang berdomisili di RW 03, Kelurahan Roa Malaka. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2017), Kelurahan Roa Malaka terdiri dari tiga RW dan 27 RT, dengan 1.502 kepala keluarga.

Roa Malaka seakan terkepung dengan kelurahan yang warganya terkonfirmasi positif Covid-19. Wilayah ini berbatasan dengan Kelurahan Ancol yang memiliki 32 kasus positif, Penjaringan dengan 139 kasus, Pekojan yang punya 24 kasus, Tambora yang memiliki lima kasus, Glodok dengan dua kasus, dan Pinangsia dengan dua kasus.

"Sebenarnya kita ini dikelilingi daerah zona merah," ujar Yusri.

Yusri menerangkan, sejak ada kasus warga Indonesia terinfeksi virus mematikan yang menyerang sistem pernapasan muncul awal Maret 2020, Kelurahan Roa Malaka sudah bersiaga. Sesuai arahan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, warga membentuk gugus tugas di setiap RW, di bawah arahan Lurah Roa Malaka, Simon Arfandi.

Yusri menjelaskan, pembatasan akses keluar-masuk merupakan kunci awal daerahnya bebas penularan. Di tiga RW terdapat portal keluar-masuk yang dibuka setiap pukul 06.00 WIB dan tutup pukul 18.00 WIB.

"Sebelum PSBB (pembatasan sosial berskala besar) kita sudah menutup jalan masuk. Warga keluar hanya untuk urusan penting saja. Selebihnya di dalam rumah. Ini sebagai langkah awal kita menghadapi Covid-19," katanya.

Selain itu, menurut Yusri, warga di Kelurahan Roa Malaka patuh terhadap protokol kesehatan, menggalakan hidup sehat, dan menjaga kebersihan lingkungan.

"Penyemprotan disinfektan di masing-masing rumah. Jadi, inilah langkah awal kita," kata Yusri.

Jumlah penduduk yang tergolong sedikit, kata Yusri, juga menyebabkan pengawasan menjadi mudah. Kebanyakan warga yang keluar di siang hari, ujar dia, merupakan warga dari luar wilayah kelurahan yang bekerja sebagai karyawan di perkantoran dan pergudangan.

"Sebenarnya mereka ini yang kita khawatirkan bawa penyakit. Makanya kita cerewet dengan perusahaan untuk terapkan protokol kesehatan," kata dia.

Yusri pun memimpin Ketua RT untuk melakukan pengecekan rutin di setiap kantor yang ada di wilayahnya. Mereka ingin memastikan setiap kantor patuh menerapkan protokol kesehatan.

"Mereka harus sedia wadah cuci tangan dan melakukan penyemprotan disinfektan," katanya.

Kelurahan Roa Malaka (tak berwarna) diklaim menjadi kelurahan yang masih belum terpapar Covid-19. Foto corona,jakarta.go.id.

Ia pun mengimbau seluruh Ketua RT agar memastikan protokol kesehatan dilakukan setiap warga. Salah seorang warga, Yunus mengakui, kunci wilayahnya bebas dari Covid-19 adalah kesadaran setiap warga menjalankan protokol kesehatan. Di depan rumahnya, Yunus menyediakan wadah pencuci tangan. Ia juga mewajibkan anggota keluarganya hidup disiplin.

"Pakai masker, cuci tangan, keluar rumah untuk urusan penting-penting saja," kata Yunus saat berbincang di kediamannya, Rabu (24/6).

Akan tetapi, sejauh pengamatan reporter Alinea.id, tak semua warga di Kelurahan Roa Malaka patuh terhadap protokol kesehatan. Masih terlihat warga yang keluar rumah tanpa mengenakan masker. Di depan beberapa rumah warga juga ada yang tak menyediakan wadah pencuci tangan. Begitu pula kantor dan pergudangan, ada yang tak menyediakan sarana pencuci tangan. Ketika mengunjungi beberapa warung makan yang ada di pinggiran jalan, dijumpai juga pemilik warung yang tak mengenakan masker. Meski begitu, ada wadah pencuci tangan di depan warungnya.

Untuk para pendatang, Yusri mewajibkan mereka memiliki Surat Izin Keluar/Masuk (SIKM) dari daerah masing-masing. Warga pendatang pun diwajibkan karantina mandiri selama tujuh hari.

"Jangan sampai ada kasus Covid dari orang luar ke sini," kata dia.

Pengalaman orang yang diduga membawa virus diakui Yusri terjadi sekitar dua bulan lalu. Yusri mengisahkan, saat itu ada seorang pria yang bekerja sebagai pedagang di Kelurahan Roa Malaka pulang ke kampung halamannya di Kuningan, Jawa Barat. Pria tersebut pulang karena anaknya tengah sakit, diduga terinfeksi SARS-CoV-2.

Di kampung halamannya, pria itu membawa anaknya ke puskesmas untuk dilakukan rapid test. Hasilnya negatif, lalu anaknya itu melakukan tes swab. Sembari menunggu hasil tes swab, pria itu kembali ke Jakarta. Tak lama berselang, anaknya itu dinyatakan positif terinfeksi virus.

"Kami langsung cari warga itu. Dia berstatus ODP (orang dalam pemantauan) karena anaknya positif),” ujar Yusri.

“Saat mengetahui orangnya, kami lakukan karantina mandiri. Semua kebutuhan kami tanggung.” Beruntung, usai dua kali melakukan tes swab, pria itu dinyatakan negatif Covid-19.

Diragukan, risiko tetap besar

Sayangnya, Lurah Roa Malaka, Simon Arfandi tak mau memberikan keterangan lebih jauh terkait wilayahnya yang diklaim masih bebas Covid-19, sebelum hasil rapid test dan swab test keluar pekan depan. “Yang di-swab ada 25 orang,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (25/6).

Menyoal hal ini, ketika dihubungi, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia pun tak bisa memberikan keterangan detail mengenai adanya klaim kelurahan bersih Covid-19 di Jakarta.

“Saya cari lagi untuk mastiin infonya,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (24/6).

Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti, Wali Kota Jakarta Barat Rustam Effendy, dan Ketua II Gugus Tugas Percepatan Penanangan Covid-19 DKI Catur Laswanto pun tak merespons ketika dihubungi.

Sementara itu, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif meragukan ada kelurahan yang dinyatakan bebas Covid-19 di wilayah DKI Jakarta. “Hanya sebatas administrasi saja,” katanya saat dihubungi, Selasa (23/6).

Ketua RW 03 Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Yusri Abdillah berpose di depan pos RW 03 Kelurahan Roa Malaka, Jakarta Barat, Rabu (24/6). Alinea.id/Marselinus Gual.

Alasannya, masyarakat yang tinggal di wilayah kelurahan itu bukan orang yang tanpa pergerakan. “Kan manusia enggak ada yang kebal,” ujarnya.

Ia pun mengatakan, wilayah bebas Covid-19 diragukan karena tes belum menyentuh angka 30.000 per hari. Terlebih, kata dia, di kalangan anak muda cenderung ditemukan kasus asimtomatik.

Syahrizal menjelaskan, asimtomatik adalah orang yang terinfeksi virus, tetapi tidak menunjukkan gejala. Istilah itu disematkan pada kasus tanpa gejala (KTG). Kondisi ini berbeda dengan status orang tanpa gejala (OTG), yang belum dibuktikan terkonfirmasi positif.

“Asimtomatik namanya KTG. Dia kasus. Kalau OTG, dia masih berisiko,” ujarnya.

Menurut Syahrizal, tak semua OTG berpotensi menularkan virus. Hal ini berbeda dengan orang yang masuk kategori KTG. Kelompok itu, katanya, yang sekarang kasusnya besar. Oleh karena itu, Syahrizal berpesan, sekalipun merasa sehat, memakai masker sangat penting untuk mencegah penularan hingga 95%.

“Kalau semua orang pakai masker, penularan itu cuma 5% lah paling tidak. Tapi, kalau terus masih ada ODP, PDP (pasien dalam pengawasan), itu berarti kasus masih terus menular di masyarakat,” katanya.

Di sisi lain, Syahrizal mengatakan, dalam konteks epidemiologi tak ada istilah zona bebas, yang ada adalah negara yang tertular. Ia melanjutkan, tak bisa klaim bebas Covid-19 dilihat dari sudut pandang kelurahan karena yang dibicarakan adalah negara.

Syahrizal mengingatkan, Indonesia merupakan negara yang mengkhawatirkan karena pandemi tidak terkendali. Atas dasar itu, ia menyebut, tak ada jaminan sedikit pun yang membuat suatu daerah di Indonesia bebas dari Covid-19.

“Kita hanya bisa bilang wilayah itu aman kalau selama 28 hari tidak ada satupun kasus,” katanya.

Indonesia pun tengah disorot karena dikhawatirkan masuk dalam negara yang banyak kasus Covid-19, mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.

“Jika pemerintah tak serius dalam penanganan wabah, maka tinggal menunggu waktu saja membludaknya kasus Covid-19 di Tanah Air,” tuturnya.

Menurut Syahrizal, kalau pemerintah ingin serius menangani pandemi, maka setiap wilayah, dari tingkat kelurahan hingga RT, harus diawasi dengan ketat. “Kalau perlu keluar-masuknya dijaga betul. Setiap hari dicek suhu saja selama 14 hari. Kalau mau serius,” ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid