sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Indonesia tidak boleh gemetar demi 16 besar

"Bola itu bundar, dan pertandingan ditentukan dalam 90 menit. Selebihnya itu hanya teori. Ayo kita hadapi." 

Arpan Rachman
Arpan Rachman Rabu, 24 Jan 2024 12:07 WIB
Indonesia tidak boleh gemetar  demi 16 besar

Palestina dan Suriah sudah menapak satu langkah mereka ke babak 16 Besar Piala Asia 2023. Pada tabel peringkat ketiga terbaik dari enam grup penyisihan, kedua tim menempati posisi teratas.

Dua-duanya mengumpulkan empat angka dengan selisih gol identik nol. Namun Palestina unggul cetakan gol 5 berbanding Suriah 1.

Selanjutnya Bahrain menjadi kandidat terkuat untuk lolos dari Grup E di rangking ketiga. Syaratnya mudah, mereka maksimal hanya perlu bermain seri atau minimal kalah tipis dengan selisih satu gol di partai terakhirnya kontra Yordania.

Tempat terakhir ke 16 Besar kemungkinan diperebutkan antara sesama Grup F, Thailand atau Oman. Di atas kertas Oman akan meraup total empat angka dari kemenangan pemungkas atas tim lemah Kirgizstan. Sementara kalau Thailand kalah di pertandingan lawan Arab Saudi dengan skor 0-2 pun mereka masih berpeluang maju terus.

Yang pasti tersingkir dari persaingan 4 Besar peringkat ketiga, China, sebab cuma bermodal dua poin. Selain itu, Indonesia dalam lubang jarum yang amat sempit karena hampir mustahil untuk bertahan dari sapuan "tsunami" Jepang.

Di tabel terakhir, kumpulan poin Bahrain dan Indonesia bisa saja sama. Tapi yang membedakan mungkin selisih gol. Sedangkan nilai kedisiplinan Bahrain saat ini lebih baik (-3) ketimbang Indonesia (-4).

Peringkat ketiga yang lolos ke 16 Besar tampaknya akan terdiri Palestina, Suriah, Thailand/Oman, dan Bahrain. Ini berarti mimpi indah mereka terus berlanjut panjang di Piala Asia 2023.

Kunci kemajuan sepak bola bagi tim-tim medioker Asia ada pada ketahanan mental. Seperti ditunjukkan dengan gagah perkasa oleh tim kuda hitam Tajikistan yang menyabet posisi runner-up Grup A. Mental kebal telah membawa Tajikistan melaju.

Sponsored

“Bagi kami adalah mimpi besar untuk lolos ke turnamen ini. Kemudian impiannya menjadi lolos ke babak sistem gugur. Sekarang kami bermimpi lagi,” kata pelatih Tajikistan, Petar Segrt.

Setelah menggantungkan harapan pada tim-tim lain, sementara peta persaingan di grup lain tadi malam berakhir tanpa memberi keuntungan bagi Merah=Putih, Indonesia harus berdiri dengan kaki sendiri. Tidak ada kata lain selain menjungkalkan Jepang, meski misi ini rasanya sulit. 

Pasukan Garuda paham bahwa menyerah bukan pilihan, dan telah menyatakan tekad untuk tampil habis-habisan. Selepas itu, Shin Tae-yong pun bermimpi untuk mengulang sensasi Piala Dunia 2018, di mana Korsel yang dipimpinnya, mampu memutarbalikkan prediksi dengan mengalahkan Jerman, sang juara bertahan 2-0 di partai terakhir penyisihan grup. 

Tidak perlu lagi melihat statistik pertemuan, catatan kesuksesan di panggung internasional, bahkan mengintip-intip jumlah total nilai pasaran skuad Jepang di bursa transfer. 

Indonesia perlu menaikan moril agar menjaga supaya kaki tidak gemetar karena menghadapi Jepang. Seperti Ketua Umum PSSI pernah bilang, "Kalau loyo, pulang saja". 

Ungkapan yang terkenal dari pelatih Jerman pada 1954, Jofeff Herberger juga perlu ditancapkan dalam-dalam. 

"Bola itu bundar, dan pertandingan ditentukan dalam 90 menit. Selebihnya itu hanya teori. Ayo kita hadapi." 

Begitulah mentalitas yang harus ada di dada Garuda.

Berita Lainnya
×
tekid