sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sandi berharap ada sinkronisasi data beras

Apabila Bulog menyatakan kesediaan beras masih mencukupi, seharusnya Kementerian Perdagangan jangan memberlakukan impor.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Kamis, 20 Sep 2018 21:58 WIB
Sandi berharap ada sinkronisasi data beras

Calon wakil presiden Sandiaga Uno angkat bicara mengenai adanya polemik antara Bulog dan Kementerian Perdagangan terkait impor beras. Khususnya perbedaan data kesediaan beras antara Bulog dan Kementerian Perdagangan, sehingga bermuara kepada penentuan impor beras.

Menurut Sandi, perbedaan data tersebut tak seharusnya terjadi apabila data antar kementerian bisa disinkronkan. "Data yang dimiliki pada masing-masing kementerian harus disinkronkan. Terlihat data yang dipegang dan diyakini Kementerian Perdagangan berbeda dengan data yang dipegang Kementerian Pertanian," paparnya saatnya ditemui di Balai Kartini Jakarta Selatan, Kamis (20/9).

Apabila Bulog menyatakan kesediaan beras masih mencukupi, seharusnya Kementerian Perdagangan jangan memberlakukan impor. 

Sandi mendorong agar pemerintah segera menyelesaikan polemik tersebut, dengan terlebih dahulu menyajikan data akurat tanpa adanya perbedaan satu sama lain.

Sponsored

"Datanya dulu yang diperbaiki. Kalau  sudah sama akan terlihat cukup atau tidak.Kalau tidak cukup, tak ada pilihan lain. Tetapi kalau cukup jangan impor,"imbuhnya.

Sementara di sisi lain, ekonom senior Rizal Ramli menyatakan jika terjadi kelangkaan beras. Ada baiknya pemerintah terlebih dahulu melakukan sidak sebelum melakukan impor. Bisa jadi ada mafia yang bermain di tataran bawah. 

"Datanya diketahui kok. Waktu saya jadi Kepala Bulog tidak pernah impor beras dan harga selalu stabil. Kenapa ?Sederhana rumusnya. Setiap sore, pasar induk harus memberikan laporan. Misalkan kalau kenaikan lebih dari Rp50 langsung kuning di komputer. Begitu naik Rp100 warna di komputer menjadi merah. Kalau sudah begitu, saya telpon Bulog Jawa Timur. Ada apa? Jika ternyata ada pedagang beras yang nakal, langsung banjiri 100 ribu ton selama dua minggu. Pengen tahu jagoan mana. Akhirnya mereka menyerah karena mesti bayar biaya gudang dan juga bunga," pungkasnya di DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (20/9).
 

Berita Lainnya
×
tekid