Apakah korupsi merupakan faktor tidak efisiennya investasi di Indonesia?

Kenaikan skor suatu negara, salah satunya dipicu penegakan hukum yang tegas kepada pelaku suap dan korupsi.

Ilustrasi. Alinea.id/Dwi Setiawan

Baru-baru ini istilah Incremental Capital Output Ratio (ICOR) banyak dibahas oleh media di tanah air. ICOR merupakan suatu besaran tanpa satuan hitung yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output.

Nilai ICOR didapat dengan membandingkan nilai investasi yang ditanamkan terhadap tambahan output yang terjadi sepanjang periode investasi. Besaran ICOR adalah proxy efisiensi sebuah perekonomian, di mana nilai ICOR menunjukkan efisiensi relatif suatu perekonomian. Atau dengan kata lain nilai ICOR yang rendah mengindikasikan tingginya produktivitas kapital.

ICOR bisa menjadi salah satu parameter yang menunjukkan tingkat efisiensi investasi di suatu negara. Semakin tinggi nilai ICOR semakin tidak efisien suatu negara untuk investasi. 

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ICOR Indonesia pada 2019 berada pada angka 6,77. Artinya, untuk menghasilkan satu unit output dibutuhkan lebih dari enam tambahan kapital (investasi) baru. 

Padahal, menurut pemerintah, idealnya angka ICOR berada di kisaran tiga, yang artinya ICOR Indonesia dua kali lipat dari angka ideal. ICOR Indonesia mengalami peningkatan secara konsisten dan lebih tinggi dibandingkan dengan negara peer-nya seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.