Bantuan Rp2,4 juta, seperti dapat air di tengah padang pasir

Usaha kerajinan tangan Suwanti terpaksa terhenti sejak coronavirus masuk Indonesia.

Ilustrasi. Foto Pixabay.

Suwanti terpaksa memutar otak agar lima karyawannya dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya, usaha kerajinan tangan yang dijalankannya terhenti sejak coronavirus yang menjangkiti tubuh manusia masuk ke Indonesia pada Maret lalu.

Sama sekali tak dapat menjalankan produksi selama pandemi karena turunnya permintaan, Suwanti beralih ke usaha makanan. Dengan niat mencukupi kebutuhan karyawan, dirinya nekat beralih jenis usaha dengan menjual makanan olahan dari burung puyuh, telur puyuh, bebek dan ayam.

"Waktu bulan puasa itu saya buat terobosan ciptakan masakan ungkep dari burung puyuh, telur puyuh, bebek dan ayam. Terobosan itu untuk menyiasati situasi produksi kerajinan yang berhenti," katanya dalam diskusi Forum Merdeka Barat (FMB), Senin (9/11).

Dia menjelaskan, pasar utama usaha kerajinan tangannya adalah untuk pesta pernikahan, pesta ulang tahun, dan sunatan. Namun, sejak diterapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada April lalu, permintaan hasil produksinya terjun bebas.

Hal itu dikarenakan kegiatan yang melibatkan banyak orang atau yang menimbulkan keramaian dilarang pemerintah, untuk mencegah penularan Covid-19.