Bappenas ungkap tantangan pengembangan industri manufaktur

Untuk itu, Bappenas sendiri telah menyiapkan enam strategi besar dalam meredesain transformasi ekonomi.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa. Foto setkab.go.id

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) telah menyelesaikan studi kajian sektor manufaktur. Studi ini dilaksanakan pada 2018 dan menjadi bagian dari background studi RPJMN 2020-2024 bidang industri manufaktur.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyampaikan, pentingnya industri manufaktur untuk perekonomian Indonesia,

“Kita tahu persis bahwa Industri manufaktur penting dalam perekonomian Indonesia. Terutama dalam penciptaan nilai tambah ekonomi, penyediaan lapangan pekerjaan, serta meningkatkan produktivitas perekonomian. Kita tahu juga, setelah krisis ekonomi pada 1998, sektor industri manufaktur Indonesia seakan-akan tersendat untuk tumbuh di atas 5% dan akibatnya banyak tantangan dari beragam pihak baik secara internal maupun eksternal,” jelas Suharso Monoarfa dalam webinar virtual pada, Rabu (17/11).

Menurut Suharso Monoarfa, kinerja industri manufaktur Indonesia sebelum pandemi Covid-19 sesungguhnya sama dengan 1996  atau bahkan sebelum adanya Covid-19, di mana industri manufaktur belum mengalami pemulihan seperti sebelum krisis ekonomi 1998,

“Pada triwulan III-2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 3,51% dan industri manufaktur juga cukup positif dan sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu 3,68%. Kami berharap momentum pemulihan ekonomi dari industri manufaktur bisa terjaga dan dapat mendorong prediktori pertumbuhan yang lebih tinggi. Sehingga pertumbuhan ekonomi nasional bisa di atas potensialnya, dan juga mendorong pertumbuhan sektor-sektor industri lain,” ungkap dia.