Barang China langka gara-gara corona

Wabah coronavirus membuat impor dari China anjlok 51% dari US$1,09 miliar pada Desember 2019 menjadi US$463 juta pada akhir Februari 2020.

Infografik ekspor-impor Indonesia dengan China terganggu akibat wabah coronavirus. Alinea.id/Dwi Setiawan

Kemunculan virus corona baru (novel coronavirus) mulai berdampak terhadap penurunan aktivitas ekonomi China. Hal ini tak terlepas dari korban yang terus berjatuhan, upaya karantina di berbagai tempat, dan adanya ketakutan masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah.

Salah satu indikatornya adalah China Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI) yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Nasional China (NBS). PMI telah mengalami penurunan dari 50,0 pada Januari 2020 menjadi 35,7 pada Februari 2020. Angka di atas 50 mengindikasikan aktivitas ekspansi industri, sedangkan di bawah 50 mengindikasikan aktivitas kontraksi industri. 

Hal lain yang menjadi indikator adalah menurunnya tingkat polusi NO2 (nitrat) berdasarkan citra satelit Badan Penerbangan dan Angkasa Nasional (NASA). Berkurangnya tingkat emisi gas yang dikeluarkan dari aktivitas industri dan kendaraan bermotor tersebut awalnya terjadi di Wuhan yang menjadi episentrum wabah. Kemudian, fenomena tersebut perlahan menyebar ke hampir seluruh penjuru China pada periode 10-25 Februari. 

Turunnya aktivitas industri di China, berdampak besar bagi ekonomi global, termasuk Indonesia. Ketergantungan Indonesia terhadap beberapa jenis barang impor dari China memang relatif tinggi.

Pedagang aksesoris ponsel Mangga Dua Mall berinisial HW mengaku, dirinya telah mengalami kesulitan untuk mengapat pasokan barang dari China selama sebulan terakhir.