sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Barang China langka gara-gara corona

Wabah coronavirus membuat impor dari China anjlok 51% dari US$1,09 miliar pada Desember 2019 menjadi US$463 juta pada akhir Februari 2020.

Syah Deva Ammurabi
Syah Deva Ammurabi Kamis, 05 Mar 2020 09:09 WIB
Barang China langka gara-gara corona

Kemunculan virus corona baru (novel coronavirus) mulai berdampak terhadap penurunan aktivitas ekonomi China. Hal ini tak terlepas dari korban yang terus berjatuhan, upaya karantina di berbagai tempat, dan adanya ketakutan masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah.

Salah satu indikatornya adalah China Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI) yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Nasional China (NBS). PMI telah mengalami penurunan dari 50,0 pada Januari 2020 menjadi 35,7 pada Februari 2020. Angka di atas 50 mengindikasikan aktivitas ekspansi industri, sedangkan di bawah 50 mengindikasikan aktivitas kontraksi industri. 

Hal lain yang menjadi indikator adalah menurunnya tingkat polusi NO2 (nitrat) berdasarkan citra satelit Badan Penerbangan dan Angkasa Nasional (NASA). Berkurangnya tingkat emisi gas yang dikeluarkan dari aktivitas industri dan kendaraan bermotor tersebut awalnya terjadi di Wuhan yang menjadi episentrum wabah. Kemudian, fenomena tersebut perlahan menyebar ke hampir seluruh penjuru China pada periode 10-25 Februari. 

Turunnya aktivitas industri di China, berdampak besar bagi ekonomi global, termasuk Indonesia. Ketergantungan Indonesia terhadap beberapa jenis barang impor dari China memang relatif tinggi.

Pedagang aksesoris ponsel Mangga Dua Mall berinisial HW mengaku, dirinya telah mengalami kesulitan untuk mengapat pasokan barang dari China selama sebulan terakhir. 

“Suplai barang kan terhambat dari Imlek sampai sekarang. Baru jalan minggu kemarin,” kata dia ketika ditemui di kiosnya, Minggu (1/3).

Menurutnya, pasokan dari China sulit tergantikan dari tempat lain, mengingat posisinya sebagai pusat manufaktur global.  “Siapa yang bisa melawan mereka? Masalahnya, lokal mana yang bisa buat begini, kan semua dari sana (China),” keluhnya.

Dia mengaku bisa saja mengganti pasokan dari Amerika Serikat (AS). Namun, harganya bisa empat kali lipat dibandingkan dengan produk asal Tiongkok.

Sponsored

Di sisi lain, tak semua pedagang mengalami gangguan pasokan. Aziz, seorang pedagang komputer jinjing di mal yang sama mengeklaim, stok dari China dan Taiwan masih relatif aman. 

“Q1 (kuartal satu) masih aman. Mungkin takutnya bulan Juni ke depan kemungkinan sudah mulai (terganggu). Karena mereka produksi jutaan, jadi masih stabil,” ungkapnya.

Aziz menuturkan, secara umum harga laptop masih stabil, kecuali merek Acer dan Lenovo yang mulai mengalami kenaikan sekitar Rp100 ribuan.

“Belum tahu (supplier) selain China dan Taiwan. Memang produksi dari sana semua. Mainboard, VGA (Video Graphics Array), spare part dalamnyalah ya,” terangnya.

Thomas, seorang pemilik kios ponsel di Mangga Dua Mall merasakan adanya penurunan penjualan sejak Januari 2020. Khusus ponsel China, penjualan telah berkurang lebih dari 50%.

“Sebetulnya, kita enggak bisa menyalahkan corona karena memang secara ekonomi mungkin orang untuk secondary (sudah) enggak ganti-ganti handphone-nya. Konsumen lagi agak ngerem (pembelian),” tuturnya.

Thomas mengklaim, stok barang dari China masih aman. Ia meyakini, virus corona cepat atau lambat akan berpengaruh terhadap stok barang. Menurutnya, hal ini akan memicu kenaikan harga.

Dia menambahkan, harga ponsel di segmen menengah mulai mengalami kenaikan, meskipun belum signifikan. Sementara, harga ponsel lainnya masih relatif stabil.

“Di lain pihak, kalaupun masih tak terganggu, kami mesti memikirkan bisa enggak dijual? Antara nyetok atau enggak, kami dilema,” keluh pemilik kios ponsel tersebut. 

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri berpendapat, serangan coronavirus di China akan mengganggu ekspor-impor dengan seluruh mitra dagangnya.

“Korea (Selatan) menyatakan dalam rilisnya, salah satu penyebab penurunan ekspor-impor disebabkan virus corona karena aktivitas di China sebagian terhenti dan otomatis transaksinya terpengaruh. Saya membayangkan ini pasti berdampak pada Indonesia,” ungkapnya di Kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (11/2).

Perkataan Kasan terbukti melalui rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (17/2) silam. Ekspor non-migas Indonesia ke China selama Januari 2020 anjlok US$211,79 juta, sedangkan impor non-mogas Indonesia dari China anjlok US$115,2 juta.

Ketika dikonfirmasi mengenai dampak terkini virus corona terhadap impor barang dari China, Kasan enggan berkomentar. “Saya dengan tim masih menyusun skenario kemungkinan dampak dari perkembangan virus tersebut. Saat ini belum bisa kasih respons lagi,” tulisnya melalui pesan WhatsApp.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengakui bahwa merebaknya wabah coronavirus mulai berdampak terhadap pergerakan barang. Terkait impor dari China, dirinya menegaskan akan tetap jalan sebagaimana mestinya.

“Pemerintah hanya batasi impor hewan hidup dari Tiongkok, sebagaimana tertuang dalam Permendag Nomor 10 Tahun 2020 tentang Larangan Sementera Impor Hewan Hidup dari RRT,” tegasnya pada Selasa (3/3).

Di sisi lain, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan panic buying dan membeli barang secukupnya. Ia menegaskan stok barang masih mencukupi.

“Persediaan barang pada gerai anggota kami cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kami telah berkoordinasi dengan asosiasi produsen dan supplier distributor untuk memastikan persediaan guna mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakat,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (2/3).

Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengungkapkan bahwa pemerintah sedang merumuskan paket stimulus kedua untuk menanggulangi dampak coronavirus. Berbeda dengan paket pertama yang fokus ke lalu lintas orang, paket kedua terkait dengan lalu lintas barang.

“Karena siklusnya sejak dari outbreak coronavirus itu kan tanggal 20-30 Januari, kalau dari siklus logistik barang, ini sudah waktunya kita memikirkan pasokan bahan baku itu industri dan ekspor kita,” ungkapnya di Hotel Borobudur, Selasa (3/3).

Paket stimulus tersebut terdiri dari:

1. Menyederhanakan aturan larangan pembatasan dan tata niaga terkait ekspor seperti Surat Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), sertifikat kesehatan, dan sertifikat keterangan asal (SKA).

2. Pengurangan larangan pembatasan impor, terutama bahan baku.

3. Percepatan proses impor kepada 500 importir yang memiliki reputasi tinggi.

4. Pengurangan biaya logistik melalui integrasi Indonesia National Single Window (INSW) dengan Inaportnet melalui pembentukan National Logistics Ecosystem.

Suasana sepi pusat perbelanjaan Mangga Dua Mall yang berlokasi Jakarta Utara, Minggu (1/3). Alinea.id/Syah Deva Ammurabi

Bagaimana dengan e-commerce?

Chief Executive Officer (CEO) Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengklaim, pihaknya belum merasakan dampak dari virus corona terhadap transaksi dan pengiriman barang.

Ia beralasan, semua pelapak yang bergabung berasal dari Indonesia dan menjual produknya sesuai ketentuan Bukalapak. "Produksinya bisa mana saja. Tapi pada saat dijual, dikirim dari dalam negeri. So far, transaksi masih normal,” katanya di Mandiri Club, Jakarta, Rabu (26/2).

Dalam kesempatan yang sama, Marketing Public Relations Shopee Aditya Maulana Noverdi mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan persiapan dalam menghadapi virus corona.

“Yang jelas, kami secara reguler ada pembersihan disinfektan di warehouse (gudang) sesuai standar yang ditetapkan. Untuk employee (karyawan), tiap hari diperiksa temperaturnya,” terangnya.

Terkait dampak coronavirus terhadap pengiriman barang dari China, dia menegaskan bahwa dampaknya relatif minim. Hal ini lantaran persentase barang impor relatif sangat kecil dibandingkan dengan total transaksi Shopee.

“Mungkin keterlambatan, iya. Tapi masih dalam batas kewajarannya. Dari sisi operasional ada keterlambatan, tapi enggak terlalu (signifikan),” ungkapnya.

Terpisah, External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya menegaskan, perusahaannya merupakan market place domestik yang hanya menerima penjual asal Indonesia dan memfasilitasi transaksi dari Indonesia untuk Indonesia. 

Oleh karena itu, pihaknya tidak memiliki data mengenai jumlah barang yang diimpor dari China melalui Tokopedia.

“Yang bisa kami sampaikan adalah produk yang dijual di Tokopedia sudah berada di Indonesia dan atau sudah melalui proses bea cukai dari distributor dan dijual kembali oleh pedagang eceran,” tulisnya melalui surat elektronik pada Kamis (27/8).

Pekerja menyortir bawang putih asal China di pusat jual beli bawang kompleks pasar Legi Parakan, Temanggung, Jateng, Selasa (25/2). Menurut sejumlah pedagang sejak merebaknya kasus virus Corona beberapa waktu lalu membuat harga bawang putih asal China melonjak menjadi Rp33.000 per kilogram dari harga sebelumnya Rp22.000 per kilogram. / Antara Foto

Rantai pasok pangan

Wabah coronavirus baru turut mengganggu pasokan beberapa komoditas bahan pangan yang didatangkan dari China seperti bawang putih, bawang bombay, dan sejumlah buah-buahan subtropis impor.

Berdasarkan pantauan Alinea.id di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Minggu (1/3), harga bawang putih masih bertengger di atas harga normal. Harga bawang putih jenis banci berkisar antara Rp40.000-Rp65.000 per kilogram (kg) dan jenis kating antara Rp50.000-Rp80.000 per kilogram. “Aku belinya masih murah masih Rp35.000 (per kg),” ungkap Siwar, seorang pedagang di pasar tersebut.

Namun, para pedagang mengeluhkan kelangkaan bawang bombay di pasar. Sustiri, pedagang lainnya mengatakan, harga bawang bombay di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta sudah mencapai Rp90.000 per kg. “Stoknya dibagi-bagi, lima kilo-lima kilo. Biasanya karungan ini sudah dibagi,” ungkapnya.

Berbeda dengan Siwar dan Sustiri yang tidak membeli bawang bombay karena harganya terlalu kemahalan, Saminah menjual bawang bombay sebesar Rp120.000 per kg kepada para pembelinya. “Sebelumnya, saya biasa jual Rp80.000-Rp90.000,” ujarnya.

Jeruk asal China seperti jeruk Mandarin, Ponkam, dan Sunkist tidak lagi ditemukan di Pasar Kebayoran Lama. Pasokan jeruk lokal seperti jeruk Medan dan Pontianak terlihat mendominasi.

“Enggak ada (jeruk China), susah banget. Sunkist sebulan lalu masih ada. Di (pasar) induk enggak ada. Kalau saya, (buah) lokal kebanyakan. Luar paling pir sama apel (fuji) saja,” terang Nani, seorang pedagang buah.

Berdasarkan penuturan para pedagang, harga apel fuji mengalami kenaikan dari Rp25.000-Rp27.000 per kg menjadi Rp30.000-Rp35.000 per kg. Adapun harga pir biasa, naik dari Rp11.000-Rp15.000 menjadi Rp20.000 per kg dan pir madu naik dari Rp20.000 menjadi Rp25.000 per kg.

Pedagang buah lainnya, Jariah juga mengamini kosongnya stok jeruk impor. “Dulu masih ada satu-dua ponkam, sekarang sudah enggak ada hampir sebulan ini. Adanya Medan semua,” ujarnya. Kalau ada stok, dia biasa menjual jeruk Mandarin dan Ponkam seharga Rp20.000 per kg dengan keutungan Rp2.000-Rp3.000 per kg.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan, berkurangnya pasokan alat rumah tangga, tekstil, buah, dan sayur impor dari China masih bisa digantikan oleh pasokan dalam negeri. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi bawang putih.

“Karena konsumsi kita dari China terbesar di bawang putih. Bawang putih itu 90% kebutuhan nasional kita bergantung dari China. Yang lain seperti jeruk tidak begitu tinggi. Permintaan (impor) kita bukan mayoritas kebutuhan nasional, nasional masih mendominasi,” terangnya melalui sambungan telepon.

Mansuri mengungkapkan, harga bawang putih sebenarnya sudah mulai turun lantaran sudah diguyur pasokan sisa impor dari China 2019 sebesar 133.000 ton. Namun, harga bawang putih di pasaran masih di atas harga normalnya sebesar Rp30.000-Rp35.000 per kilogram.

“Kami yakin stok yang ada hanya cukup untuk Maret, tapi persetujuan impor (dari pemerintah) enggak cukup tinggi,” ungkapnya.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag Suhanto mengamini bahwa stok bawang putih masih ada. Oleh karena itu, pihaknya memutuskan untuk menambah stok melalui impor

“Dengan adanya isu corona, maka ada sebagian pelaku usaha menahan distribusi, maka harga sempat naik, namun setelah dilakukan koordinasi maka harga sudah mulai turun,” tuturnya kepada Alinea.id baru-baru ini.

Dalam konferensi pers pada Selasa (3/3), Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menjelaskan bahwa pihaknya sudah mengeluarkan Surat Pesetujuan Impor (SPI) sebanyak 25.829 ton bawang putih. Jumlah ini masih jauh lebih rendah daripada Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) sebesar 103.000 ton.

Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementan, Agung Hendriadi membeberkan, stok bawang putih yang ada di importir hanya tersisa 80.000 ton yang hanya cukup hingga Maret-April mendatang.

“Tugas saya adalah bagaimana mendorong bawang putih ini di gudang keluar. Kita mendorong Kemendag keluarkan izin impor,” ungkapnya kepada awak media. Berdasarkan data BPS, Indonesia mengimpor 465.344 ton bawang putih dari China sepanjang 2019. 

Untuk mengantisipasi kekurangan stok bawang putih China, pemerintah mencari alternatif pemasok bawang putih dari India dan Thailand.

“Bukannya China enggak memproduksi. Dia memproduksi tapi siapa yang mau mengapalkan dan apakah medianya bersih?” ungkapnya.

Agung mengungkapkan, pasokan obat hewan asal China juga mengalami gangguan. “Mereka mungkin punya murah, tapi kita takut masukinnya. Ini semua untuk ketahanan kita,” katanya.

Di lain kesempatan, Mansuri menyarankan pemerintah memberikan kesempatan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan importasi bawang putih

Ia berharap pemerintah bersama berbagai elemen masyarakat melakukan perluasan penanaman bawang putih dalam negeri untuk memenuhi stok bawang putih dalam jangka panjang.

“Jangan sepenuhnya dikendalikan sama importir. Paling penting jangka panjangnya. Kita pernah swasembada bawang putih,” ujarnya.

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari artikel yang telah tayang dengan judul “Coronavirus goyang China, Indonesia bisa apa?” 

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus coronavirus (Covid-19) pertama di Indonesia, yakni pada seorang ibu dan anaknya yang berdomisili di Depok, Jawa Barat. Hingga Selasa (3/3), Kementerian Kesehatan sudah memeriksa 446 spesimen yang diduga terinfeksi.

Hingga Kamis (5/3), coronavirus telah diidentifikasi pada 94.261 kasus di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.214 orang meninggal dunia. Namun, 51.039 orang telah dinyatakan sembuh dari virus tersebut.

Infografik barang-barang asal China yang mulai langka setelah wabah virus corona. Alinea.id/Dwi Setiawan

Berita Lainnya
×
tekid