BI bisa saja naikkan suku bunga, cegah rupiah melemah

BI belum menentukan sikap untuk menaikkan suku bunga atau tetap bertahan pada posisi 3,5%.

ilustrasi. Istimewa

Naiknya suku bunga acuan bank sentral Amerika The Federal Reserve atau The Fed sebesar 75 basis poin (bsp) pada Kamis (16/6) dini hari waktu Indonesia, hingga saat ini belum memengaruhi Bank Indonesia (BI) untuk turut serta menaikkan suku bunganya.

Kenaikan besar The Fed ini memosisikan suku bunganya berada di kisaran 1,5% hingga 1,75% dan menjadi kenaikan paling agresif sejak tahun 1994 silam. The Fed menaikkan suku bunga sebagai upaya menekan laju inflasi di AS, yang tercatat pada Mei 2022 telah mencapai 8,6% dan ini menjadi yang tertinggi selama 40 tahun terakhir. The Fed sendiri mengisyaratkan akan menaikkan kembali tingkat suku bunga acuan hingga akhir tahun dan menargetkan mempu menurunkan level inflasi ke 2%.

Hingga artikel ini dibuat, BI belum menentukan sikap untuk menaikkan suku bunga atau tetap bertahan pada posisi 3,5%. Perlu diketahui, melalui siaran pers resmi di laman BI, sejak Januari 2022 hingga Mei 2022, BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan BI tetap berada di 3,5%.

Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang terakhir, yaitu 23 hingga 24 Mei 2022, BI memutuskan adanya kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah secara bertahap, yakni 6% untuk Bank Umum Konvensional (BUK) yang sebelumnya sebesar 5% dan berlaku sejak 1 Juni 2022. Kenaikan berikutnya akan terjadi pada 1 Juli 2022 sebesar 7,5%, dan 9% mulai 11 September 2022. Sedangkan GWM Rupiah untuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) naik dari 4% menjadi 4,5% pada 1 Juni 2022, dan berangsur naik jadi 6% mulai 1 Juli 2022, serta 7,5% mulai 1 September.

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan turut memberikan tanggapan terkait kenaikan suku bunga yang diberlakukan oleh The Fed.