BI diprediksi kembali naikkan bunga acuan

Bank Indonesia melakukan RDG tambahan. Sejumlah ekonom menilai BI perlu menaikkan suku bunga acuan pada Juni.

ilustrasi shutterstock.com

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, membuat gebrakan dengan mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan yang diselenggarakan hari ini, Rabu (30/5). Ekonom menilai RDG tambahan ini dilakukan untuk melakukan market signaling atau membangun sentimen positif ke pasar. 

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menilai RDG tambahan sebagai langkah BI meyakinkan pasar kalau telah melakukan preemptive measures. Di antaranya melanjutkan intervensi cadangan devisa, dan second line defense melalui kerja sama BSA (Bilateral Swap Arrangemeny) dengan Bank Sentral Negara lain, khususnya Jepang. 

Preemptive merupakan kebijakan yang diambil sesuai dengan arah pasar sebelum pasar bergerak. Dengan demikian, arah dan kecepatan perubahan di pasar harus bisa diprediksi dengan tepat dan direspons dengan kebijakan.

"Pasar melihat BI menjaga rupiah. Terbukti rupiah menguat di bawah Rp 14.000 setelah BI mengeluarkan sinyal akan melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan beberapa bauran kebijakan," jelas Bhima, Rabu (30/5). 

Sejak awal tahun, rupiah telah melemah 3,5% secara year to date (ytd), dan dalam tiga tahun terakhir, terdepresiasi 6,37%. Pelemahan rupiah termasuk yang paling dalam dibanding negara berkembang di Asia lainnya.