close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kantor Bank Indonesia (BI) di Jakarta. Google Maps/Zaki Hardi
icon caption
Kantor Bank Indonesia (BI) di Jakarta. Google Maps/Zaki Hardi
Bisnis
Kamis, 19 Januari 2023 14:20

Ekonom UI sarankan BI naikkan suku bunga 25 bps jadi 5,75%

Salah satu alasannya untuk mempertahankan perbedaan dengan suku bunga The Fed.
swipe

Bank Indonesia (BI) dinilai masih perlu menaikkan suku bunga acuan atau BI7 Days Repo Rate (BI7DRR) pada Januari 2023 guna menjaga stabilitas rupiah dan mengurangi inflasi di tengah gejolak aliran modal. BI dikabarkan akan mengumumkan keputusannya atas BI7DRR pada hari ini (Kamis, 19/1).

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) berpendapat, BI perlu menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Alasannya, Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, berpotensi menaikkan suku bunga dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada bulan ini.

"BI perlu melanjutkan siklus pengetatan moneternya dengan menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 5,75% di bulan ini," ujar ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, dalam risetnya.

Riefky memproyeksikan The Fed bakal menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps. Namun, kenaikan The Fed diprediksi melambat sehingga perbedaan imbal hasil antara obligasi pemerintah Indonesia dan US treasury masih tipis.

"Kenaikan suku bunga lebih lanjut diperlukan untuk mempertahankan perbedaan suku bunga," katanya.

Riefky melanjutkan, arus modal masuk yang dikombinasikan dengan sentimen positif menyebabkan rupiah mengalami apresiasi hingga Rp15.040 per US$ pada 16 Januari 2023 dibandingkan Rp15.595/US$ pada 16 Desember 2022. Sehingga, secara year to date (ytd), rupiah terapresiasi sebesar 2,68% (ytd) menjadi Rp15.145/US$ pada 17 Januari 2023.

"Ini menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan sebagian besar negara ekonomi berkembang kecuali Baht Thailand yang mengalami apresiasi terhadap dolar AS sebesar 4,52% (ytd)," katanya.

Dia menambahkan, inflasi umum pada Desember 2022 berada di atas koridor target BI sebesar 2%-4%, yakni 5,51%, dan berada di level tertinggi sejak 2015. Adapun inflasi inti naik tipis menjadi 0,22% secara month to month (mtm) pada akhir 2022 dari 0,15% (mtm) pada November 2022.

Kemudian, secara tahunan, inflasi inti tercatat meningkat moderat dari 3,3% (yoy) pada November 2022 menjadi 3,36% (yoy) pada Desember 2022. Itu merupakan level tertinggi pada tahun lalu.

"Inflasi inti yang moderat menunjukkan sedikit efek riak penyesuaian harga bahan bakar dan tekanan inflasi moderat dari sisi permintaan. Ke depan, tingkat inflasi di 2023 diperkirakan akan kembali ke dalam koridor sasaran bank sentral, antara 2% hingga 4%," tutur Riefky.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan