Bisnis

Dari Sanken ke Sritex: Kenapa badai PHK tak kunjung reda?

Kementerian Tenaga Kerja mencatat sebanyak 77.965 orang terkena PHK sepanjang 2024.

Senin, 03 Maret 2025 12:04

Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) belum juga reda. Teranyar, PT. Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) menyatakan pailit dan resmi menutup pabrik mereka di Sukoharjo dan Semarang, Jawa Tengah, pada 1 Maret 2025. Total lebih dari 10 ribu karyawan Sritex terkena PHK. 

Pada saat yang sama, PT Yamaha Musik Indonesia--produsen alat-alat musik terbesar di Indonesia--mengumumkan PHK terhadap sekitar 1.100 pekerja mereka. Yamaha juga mengumumkan rencana untuk menghentikan produksi dan merumahkan 2.700 karyawan. 

Serupa, PT Sanken Indonesia berencana berhenti beroperasi pada Juni 2025. Perusahaan asal Jepang itu mengumumkan penutupan semua lini produksinya di kawasan industri MM 2100, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Akibat penutupan pabrik, sebanyak 459 buruh PT Sanken Indonesia terkena PHK.

Gelombang PHK di Sritex dan kawan-kawan merupakan kelanjutan badai PHK pada tahun sebelumnya. Menurut catatan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), sebanyak 77.965 orang terkena PHK sepanjang 2024. Angka itu meningkat kisaran 20,2% dibandingkan tahun 2023.

Peneliti di Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andy Ahmad Zaelany berpendapat gelombang PHK yang dialami pegaawai Sritex dan sejumlah perusahaan harus segera direspons pemerintah. Tsunami PHK akan memperburuk angka pengganguran dan menurunkan daya beli masyarakat yang menurun. Ujungnga, pertumbuhan ekonomi ikut tertekan. 

Kudus Purnomo Wahidin Reporter
Christian D Simbolon Editor

Tag Terkait

Berita Terkait