close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi PHK. Foto: USATODAY
icon caption
Ilustrasi PHK. Foto: USATODAY
Peristiwa
Rabu, 09 Juli 2025 11:00

6 bulan pertama di 2025, perusahaan IT di seluruh dunia berhentikan 72.000 pekerja

Salah satu nama besar yang melakukan perombakan besar-besaran adalah Microsoft.
swipe

Dalam beberapa tahun terakhir, industri teknologi global mengalami pergeseran besar. Perusahaan-perusahaan yang dulu dikenal sebagai tempat kerja impian kini justru menjadi episentrum gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Di balik kilau transformasi digital dan kemajuan kecerdasan buatan (AI), ribuan pekerja kehilangan pekerjaannya—dan tren ini tampaknya belum akan berhenti dalam waktu dekat.

Menurut data dari Layoffs.fyi yang dikompilasi Anadolu, sepanjang enam bulan pertama tahun 2025, sekitar 72.000 karyawan di sektor teknologi terpaksa meninggalkan pekerjaannya. Angka ini memang lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya—turun sekitar 28% dari 100.000 PHK pada semester pertama 2024, dan jauh di bawah puncak gelombang PHK tahun 2023 yang menyentuh 213.000 orang. Namun, meski tren menurun, angka tersebut tetap mencerminkan gejolak besar yang tengah terjadi di balik layar perusahaan teknologi dunia.

Salah satu nama besar yang melakukan perombakan besar-besaran adalah Microsoft. Raksasa perangkat lunak ini tercatat memangkas 12.000 posisi sepanjang paruh pertama 2025, termasuk 3.000 di antaranya pada bulan Mei. Tak berhenti di situ, Microsoft juga telah mengumumkan rencana untuk mengurangi lagi 9.000 pekerja—sekitar 4% dari total tenaga kerjanya di seluruh dunia.

Langkah serupa diambil oleh perusahaan keamanan siber CrowdStrike, yang pada bulan yang sama mengumumkan pemangkasan 5% tenaga kerjanya. Alasannya? Untuk beradaptasi dengan “dinamika baru” dunia teknologi yang kini semakin dipengaruhi oleh AI. Hal ini menandakan bahwa PHK bukan hanya soal efisiensi finansial, tetapi juga penyesuaian arah strategis menuju otomatisasi dan kecerdasan buatan.

Uniknya, setiap kali perusahaan teknologi besar mengumumkan PHK, harga saham mereka justru cenderung naik. Menurut situs Companiesmarketcap.com, nilai kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan teknologi terus melonjak. Per 2025, Nvidia memimpin dengan kapitalisasi pasar mencapai $3,8 triliun, disusul Microsoft ($3,7 triliun), Apple ($3,2 triliun), Amazon ($2,4 triliun), dan Alphabet ($2,2 triliun). Di tengah pemangkasan tenaga kerja, investor melihat efisiensi ini sebagai sinyal positif.

Namun, tren PHK ini bukan hanya tentang neraca keuangan atau strategi bisnis. Ia juga mencerminkan ketegangan yang sedang berkembang antara manusia dan mesin.

CEO berbagai perusahaan mulai angkat suara secara terbuka. Jim Farley, CEO Ford, bahkan menyebut bahwa AI bisa menggantikan hingga 50% pekerjaan kantoran di Amerika Serikat dalam waktu dekat. Sementara itu, Andy Jassy, CEO Amazon, menyatakan bahwa AI adalah teknologi “sekali seumur hidup” yang akan secara alami mengurangi kebutuhan tenaga kerja di banyak lini.

Tidak hanya itu. Dario Amodei, CEO perusahaan AI Anthropic, memperkirakan bahwa dalam waktu lima tahun ke depan, AI bisa memicu pengangguran hingga 20%, terutama di sektor white-collar atau pekerjaan kantoran level menengah. Bahkan perusahaan seperti IBM mulai menggantikan proses rekrutmen dan HR mereka dengan sistem otomatis berbasis AI.

Para analis memperkirakan bahwa dalam lima tahun ke depan, antara 30–50% posisi kerja administratif dapat digantikan oleh AI, terutama untuk tugas-tugas rutin seperti input data, layanan pelanggan, hingga pengolahan dokumen. Sebaliknya, peran-peran yang berkaitan dengan pengembangan AI, analisis data, keamanan siber, dan cloud computing justru akan meningkat pesat.

Kondisi ini menciptakan paradoks: saat satu sisi pekerjaan hilang, sisi lain menciptakan peluang baru—namun tidak semua orang siap beralih. Inilah yang membuat isu reskilling atau pelatihan ulang menjadi sangat penting dalam beberapa tahun ke depan. Tanpa adaptasi kemampuan, banyak tenaga kerja berisiko tertinggal dari arus revolusi digital ini.

Deloitte dan JPMorgan memprediksi bahwa meskipun sektor teknologi mengalami guncangan besar, pasar AI dan cloud tetap akan tumbuh dengan kecepatan tinggi. Investasi global dalam bidang ini diperkirakan meningkat rata-rata 29% per tahun hingga 2028.

Gelombang PHK ini, meskipun menimbulkan kecemasan, sebenarnya adalah bagian dari fase transisi besar. Perusahaan teknologi sedang membentuk ulang diri mereka—lebih ramping, lebih efisien, dan lebih bergantung pada AI. Namun, hal ini juga menuntut pekerja di seluruh dunia untuk mulai melihat ulang arah karier mereka.
(Anadolu,CNA)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan