DBS: Kebijakan pengetatan moneter terus berlanjut

Indonesia dan India dinilai berada di bawah tekanan paling akut di Asia.

Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7). /AntaraFoto

The Development Bank of Singapore (DBS Group) menilai, gesekan perdagangan dan ketegangan geopolitik telah mendorong volatilitas negara berkembang. Indonesia dan India dinilai berada di bawah tekanan paling akut di Asia. Oleh sebab itu, kebijakan pengetatan moneter diyakini terus berlanjut.

Pada pembukaan perdagangan Selasa (7/3) sesi pagi, nilai tukar Rupiah bertengger di level Rp 14.397 per dollar AS. Berdasarkan data Bloomberg, selama sesi perdagangan hingga pukul 13.30 WIB, berada dikisaran Rp14.397-Rp 14.453 per dollar AS. Secara year to date (YTD), nilai tukar Rupiah telah mengalami depresiasi hingga minus 6,06% terhadap dollar AS.

Ekonom DBS Radhika Rao menjelaskan, Rupee India telah mencapai rekor terendah dan Rupiah Indonesia cenderung menunjukkan terjadi pelemahan. 

"Dalam sepekan terakhir, volatilitas di negara-negara Asia telah meningkat secara signifikan dengan munculnya sejumlah katalis yang dinilai berisiko (risk-off) memperbesar skala koreksi," jelas Rao dalam keterangan resmi tertulisnya, Selasa (3/7). 

Rupee melemah melewati 69/US$ ke rekor terendah pada Kamis lalu. Sementara Rupiah turun dengan cepat melewati angka Rp 14.300/US$. Keduanya dinilai menjadi mata uang regional yang berkinerja buruk, Rupee turun 7,4% pada 2018 year-to-date dan Rupiah turun lebih dari 5%.