E commerce, mainan baru konglomerat Indonesia

Penetrasi ponsel pintar di Indonesia yang mencapai 43% serta pengguna internet sebanyak 51,6% menjadi peluang pertumbuhan e commerce.

E commerce, merupakan bisnis seksi namun tak sedikit perusahaan yang menyerah mengembangkannya. Perusahaan telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) baru-baru ini mengibarkan bendera putih dan melepaskan saham layanan e-commerce mereka, Elevania.

Pelepasan ini menambah panjang daftar layanan digital tanah air yang berpindah tangan atau bahkan terpaksa tutup. Sebelumnya, perusahaan telekomunikasi PT Indosat Tbk (ISAT) telah menutup perusahaan e commerce mereka, Cipika.co.id lantaran tak kunjung mendapatkan keuntungan.

Semakin ketatnya kompetisi juga menjadi salah satu alasan perusahaan menutup layanan e commerce. Di sisi lain, pemodal harus menggelontorkan dana besar untuk promosi sehingga mampu menarik pengunjung serta iklan. Daripada berdarah-darah mengembangkan e commerce, perusahaan memilih melepasnya dan fokus di bisnis inti.

Dana yang dikucurkan untuk mengembangkan e commerce juga terbilang tak sedikit. Misalnya saja berdasarkan catatan DealstreetAsia, pemegang saham Elevania yakni XL dan SK Planet telah berinvestasi US$50 juta di 2016. Elevania sebelumnya juga telah mendapat dua kali aliran investasi sebesar US$36,6 juta di 2014 dan US$412 juta di Januari 2015.

Di saat yang bersamaan, persaingan e commerce di tanah air semakin ketat dalam dua tahun terakhir dengan masuknya pemain asing. Sebut saja perusahaan e commerce asal Tiongkok, Alibaba yang masuk ke Indonesia dengan mengakusisi Tokopedia dan Lazada. Sepak terjang perusahaan Jack Ma tersebut tak main-main. Belum lama ini, Alibaba kembali menyuntik Tokopedia dan Lazada dengan investasi masing-masing  US$1,1 miliar dan US$2 miliar.