Empat bank danai energi kotor industri batu bara hingga US$3,5 M

Mandiri menjadi kreditur terbesar dengan US$3,198 miliar sejak 2015, disusul BCA US$170 juta, BRI US$122 juta, dan BNI US$53 juta.

Ilustrasi polusi udara berupa asap tebal keluar dari cerobong di sebuah PLTU batu bara. Pixabay

Empat bank di Indonesia, tiga di antaranya badan usaha milik negara (BUMN), menjadi kreditur terbesar kepada industri energi kotor, khususnya perusahaan batu bara, dengan nilai US$3,544 miliar. Ini berdasarkan hasil riset 350 Indonesia bersama organisasi sipil #BersihkanBankmu.

"Sejak Kesepakatan Paris pada tahun 2015 hingga saat ini, empat bank di Indonesia terus mendanai energi kotor batu bara," ucap Finance Campaigner 350 Indonesia, Suriadi Darmoko, dalam keterangannya, Senin (29/8). Keempat bank itu adalah BNI, BRI, Bank Mandiri, dan BCA.

Riset ini dilakukan dengan menelusuri laporan tahunan 24 perusahaan batu bara yang terbuka untuk publik. Berdasarkan hasil penelitian 350 Indonesia bersama #BersihkanBankmu, Mandiri menjadi kreditur terbesar dengan US$3,198 miliar sejak 2015, disusul BCA US$170 juta, BRI US$122 juta, dan BNI US$53 juta.

Ada beragam peran dan dukungan yang diberikan keempatnya dalam mendanai proyek batu bara. Misalnya, menjadi bookrunners, pembeli awal surat utang, pengatur, agen, bank rekening, dan agen jaminan.

Kemudian, memfasilitasi kredit modal kerja dan kredit modal kerja berulang, obligasi, transaksi, fasilitas term loan, kredit investasi, serta pinjaman fasilitas perbankan dan pinjaman transaksi khusus.