IESR dorong pemerintah fokus penghentian penggunaan fosil

IEA merekomendasikan PLTU yang tidak dilengkapi teknologi carbon capture harus diakhiri sebelum 2042.

ilustrasi. Istimewa

Institute for Essential Services Reform (IESR) mendorong pemerintah Indonesia sebagai pemimpin di G20 untuk komit dalam mengakselerasi transisi energi.

Fabby Tumiwa selaku Direktur Eksekutif IESR mengatakan, pemerintah bisa lebih fokus pada penghentian penggunaan bahan bakar fosil khususnya di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara daripada mengandalkan teknologi dekarbonisasi yang biayanya lebih mahal.

Dia mencontohkan, carbon capture and storage atau carbon capture, utilization, and storage (CCS/CCUS) lebih bisa difokuskan. Menurutnya, ancaman krisis iklim harus direspon dengan akselerasi transisi energi di seluruh negara G20.

"Untuk selaras dengan target 1,5C, IEA merekomendasikan PLTU yang tidak dilengkapi teknologi carbon capture harus diakhiri sebelum 2042," ucapnya dalam keterangan resmi, Senin (28/3).

Fabby berpandangan, mestinya G20 menunjukkan kepemimpinanya melakukan pengakhiran PLTU dan akselerasi pengembangan energi terbarukan, efisiensi energi, pemanfaatan penyimpan energi dan kendaraan listrik, serta modernisasi infrastruktur energi.