Indonesia bisa bujuk investor AS dan Eropa pergi dari China

Berinvestasi di China sudah mulai susah. Indonesia bisa mencari celah untuk memanfaatkan momen tersebut.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (16/11/2018). Pemerintah memperbaharui tiga kebijakan baru dalam Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XVI, yaitu perluasan penerima fasilitas libur pajak (tax holiday), relaksasi aturan daftar negatif investasi (DNI), dan pengaturan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA). ANTARA FOTO

Di pengujung 2018, tensi ketidakpastian perekonomian masih terus berlanjut. Mulai dari normalisasi suku bunga acuan The Fed sampai pada kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS). Juga masih terus berlangsungnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China. 

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang atau emerging market seharusnya serius mengambil langkah strategis dalam merespon perang dagang tersebut. Salah satunya dengan membujuk para investor dari Amerika Serikat dan Eropa untuk meninggalkan China. Kemudian mengalihkan investasinya ke Indonesia. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan dampak dari adanya perang dagang bisa mempengaruhi perlambatan ekonomi masing-masing negara baik China maupun AS. Dari perlambatan itulah, ada celah yang bisa diambil oleh Indonesia. 

“Para investor di China, baik itu dari AS atau Eropa akan mulai mikir. Kalau berinvestasi di China sudah mulai susah karena impornya kena bea masuk dari AS. Lalu mereka mulai berpikir untuk merelokasi (mencari negara lain untuk berinvestasi),” kata Darmin dalam sebuah diskusi di Jakarta pada Selasa, (28/11). 

Adapun sektor industri yang perlu disasar, kata Darmin, bisa berasal dari besi, baja, mesin-mesin dansuku cadang. Selain itu, juga bisa dari petro chemical, minyak sawit mentah (crude palm oil), gas, atau batubara seta farmasi.