Indonesia kena getah dari perang dagang AS-China

Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Februari 2018 ditempati China dengan nilai US$7,27 miliar (29,09%)

Pedagang menunjukkan kedelai impor Amerika yang semakin banyak dijual di Jakarta Timur/AntaraFoto

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China semakin memanas. Ditandai dengan publikasi daftar barang yang telah dinaikkan tarifnya oleh kedua negara.

Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR) pada Selasa (3/4) mengusulkan sekitar 1.300 produk yang diimpor dari Tiongkok, termasuk industri-industri seperti kedirgantaraan, teknologi informasi dan komunikasi, robotika, dan mesin.

Pemerintah China kemudian membalasnya dengan mengenakan tarif sebesar 25% terhadap produk-porduk dari Amerika Serikat. Terhadap 106 produk AS yang terbagi dalam 14 kategori, di antaranya kedelai, otomotif, pesawat penumpang, dan kimia.

Di era ekonomi terbuka seperti saat ini, perang dagang apalagi antara negara dengan ekonomi besar, tentu akan berdampak terhadap negara lain. Berdasarkan data tradingeconomics.com, gross domestic bruto (GDP) Amerika Serikat pada 2016 mencapai US$18.624 triliun. Sementara GDP China pada 2016 sebesar US$11.199 triliun.

GDP sendiri merupakan salah satu indikator penting dalam kegiatan perekonomian seperti ekspor dan impor. Tidak heran kalau kebijakan ekonomi yang diterapkan kedua negara berdampak langsung atau tidak langsung terhadap perekonomian negara lain.