Industri asuransi jiwa garap pasar baru

Peluang terbesar pertumbuhan dapat dilihat dari pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan segmen masyarakat berpendapatan menengah

Direktur PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank) Rio Lanasier (kanan) dan Direktur J Trust Bank Helmi Arief Hidayat (kedua kanan) berbincang dengan Direktur Utama Asuransi Simas Jiwa I.J. Soegeng Wibowo (kiri) dan Direktur Operasional Dewi Listyaningtyas, seusai penandatanganan kerjasama J Trust Bank dengan Asuransi Simas Jiwa sekaligus peluncuran produk single premi unit link Simas Investa Optima dan Simas Investa Optima Dollar, di Jakarta, Rabu (6/3)/ Antara Foto

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) optimistis terhadap pertumbuhan industri asuransi jiwa selama 2019 ini. Peluang terbesar pertumbuhan dapat dilihat dari pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan segmen masyarakat berpendapatan menengah yang tiap tahunnya berkembang.

"Sampai 2020 nanti, masyarakat middle income diproyeksi tumbuh paling banyak hingga 68,2 juta jiwa dari 41,6 juta jiwa pada 2012 lalu, demikian pula dengan masyarakat middle low. Segmen middle dan middle low income ini, belum atau jarang disasar oleh perusahaan asuransi, yang seharusnya dilihat sebagai peluang," ujar Ketua AAJI Wiroyo Karsono di Jakarta, Selasa (12/3).

Segmen masyarakat lainnya yang juga penting untuk diprospek adalah segmen usia muda atau kalangan milenial. 

"Yang belum punya asuransi itu ternyata masih banyak, khususnya segmen milenial. Kesertaan milenial pada industri ini hanya sekitar 24% saja dari total penduduk karena selama ini segmen milenial bukan target untuk Asuransi Jiwa. Asuransi jiwa itu biasanya lebih suka segmen kolonial yang usianya lebih dari 40 tahun ke atas, padahal banyak segmen lain yang lebih potensial," katanya.

Lebih lanjut Wiroyo menjelaskan, ketidakpekaan industri asuransi jiwa terhadap segmen di luar segmen kolonial terjadi bukan tanpa sebab.