BI: Inflasi 2022 bisa tembus 5,24% akibat kenaikan harga BBM nonsubsidi

Bank Indonesia (BI) menaikkan asumsi inflasi tahun ini menjadi 5,24%.

Ilustrasi rupiah. Foto Unplash.

Bank Indonesia (BI) menaikkan asumsi inflasi tahun ini menjadi 5,24%. Sebelumnya bank sentral memperkirakan inflasi hanya sedikit di atas sasaran inflasi yang sebesar 3,0±1% atau 4%.

"Dengan melihat berbagai perkembangan, inflasi inti 2022 secara yoy (year on year) bisa sedikit lebih tinggi dari 4%, atau kurang lebih 4,15%. Sedangkan inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) pada 2022 di atas 5% atau di atas 5,24%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, di sela-sela Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Agustus 2022 yang tayang secara daring, Selasa (23/8).

Perry mengatakan tingginya inflasi merupakan dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi kelompok pangan bergejolak atau volatile foods, serta semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Harga energi dan pangan global diprediksi masih tinggi disertai dengan adanya kesenjangan pasokan.

"Inflasi pada tahun 2022 dan 2023 berisiko melebihi batas atas sasaran 3,0±1%," ujar Perry. 

Menurut Perry, tekanan inflasi meningkat terutama karena tingginya harga komoditas pangan dan energi  global. Hal tersebut terlihat dari inflasi IHK Juli 2022 yang tercatat sebesar 4,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35% (yoy). Inflasi volatile foods tercatat sangat tinggi mencapai 11,47% (yoy), terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan.