Inflasi inti diprediksi 4,15% pada akhir 2022, lebih tinggi dari perkiraan awal

Awal mula kenaikan inflasi inti disebabkan lonjakan harga energi dan pangan global.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo. Dokumentasi BI

Inflasi inti saat ini masih terbilang rendah, yaitu 2,86%. Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, memprediksi inflasi inti pada akhir tahun 2022 akan berada di kisaran 4,15%.

Naiknya inflasi ini dipicu dampak rambatan dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi, tarif angkutan, dan harga pangan bergejolak (volatile foods). "Inflasi inti pada akhir tahun ini bisa sedikit lebih tinggi dari 4%, kurang lebih 4,15%," jelasnya dalam keterangannya, Selasa (23/8).

Perry menambahkan, awal mula kenaikan inflasi inti disebabkan lonjakan harga energi dan pangan global. Lalu, menjalar pada kenaikan harga pangan yang menyentuh level 11,47%.

"Kenaikan volatile foods ini tinggi sekali, 11,47%. Padahal, semestinya inflasi volatile foods hanya 5 hingga 6%," imbuh dia.

Inflasi volatile foods juga turut mengerek laju indeks harga konsumen (IHK). Pada Juli 2022, IHK mencapai 4,94%, sedangkan sebulan sebelumnya hanya 4,33%. Kenaikan IHK juga dipengaruhi inflasi harga-harga yang diatur pemerintah (adminstered prices), yang pada Juli 2022 mencapai 6,51%.