Invasi, stagflasi, resesi dan risiko beban utang kian tinggi

Perang membuat inflasi meluas di semua negara, hal ini turut mengerek beban bunga obligasi Indonesia.

Ilustrasi Alinea.id/Enrico P. W.

Belum usai pemulihan dari pandemi, perekonomian dunia kembali mendapat tekanan dari invasi Rusia ke Ukraina. Pertumbuhan ekonomi dunia yang sebelumnya diprediksi bakal membaik pun terpaksa direvisi lagi. 

Bank Dunia (World Bank), dalam laporan teranyarnya Global Economic Prospects edisi Juni 2022 memperkirakan, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 sebesar 2,9%. Angka itu lebih rendah dari proyeksi Januari lalu yang mencapai 4,1%.

Hal serupa juga terjadi pada proyeksi pertumbuhan ekonomi berbagai negara di dunia. Amerika Serikat (AS) misalnya, yang pertumbuhan ekonominya pada 2022 diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,7% diproyeksi Januari lalu, hanya menjadi 2,5% pada perkiraan Juni. 

Revisi proyeksi ini juga tidak bisa dihindari Tiongkok. Menurut Bank Dunia, negara dengan perekonomian terbesar di dunia setelah Amerika Serikat ini hanya akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,3%, turun dari proyeksi Januari yang sebesar 5,1%.

Adapun Rusia, yang menginvasi Ukraina diperkirakan bakal mengalami kontraksi cukup dalam tahun ini, yakni mencapai -8,9%. Padahal, pada perkiraan Januari lalu Bank Dunia memperkirakan ekonomi negara penghasil pupuk itu dapat tumbuh di level 2,4%.