IPO Bukalapak, jangan asal nge-hype

Pemesanan saham Bukalapak mengalami kelebihan permintaan meski secara kinerja e-commerce itu masih merugi.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.

Pasar saham Tanah Air bakal diramaikan dengan kedatangan salah satu raksasa e-commerce nasional, Bukalapak. Sebagai perusahaan teknologi pertama yang masuk ke pasar saham Indonesia, IPO (Initial Public Offering/penawaran umum perdana saham) ini mendapat sambutan baik dari berbagai pihak, utamanya para investor ritel.

Aksi korporasi publik lokapasar ini juga digadang-gadang akan menjadi IPO terbesar selama sepuluh tahun terakhir. Perusahaan yang disokong Grup Emtek ini akan melepaskan 25,76 miliar saham ke publik atau setara 25% dari total saham. Lepasnya kepemilikan itu ditargetkan dapat mendatangkan dana segar hingga Rp21,9 triliun.

”Kami bersyukur sejauh ini sambutan yang kami peroleh terhadap rencana IPO sangat baik, di mana antusiasme masyarakat yang tergambar dari kehadiran dan pertanyaan yang muncul dalam public expose sangat banyak,” kata Presiden Direktur Bukalapak, Muhammad Rachmat Kaimuddin, kepada Alinea.id, Senin (12/7).

Tidak hanya di Indonesia, perusahaan yang berdiri lebih dari satu dekade lalu ini juga dikabarkan bakal melantai di bursa saham Amerika Serikat (dual listing).
 
Rencananya, IPO akan dilangsungkan pada 28-30 Juli 2021. Kemudian, penjatahan pada 3 Agustus 2021, dan distribusi saham elektronik beserta pengembalian uang pemesanan pada 5 Agustus 2021.

Selanjutnya, Bukalapak akan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021 dengan kode saham BUKA. Sementara itu, Mandiri Sekuritas dan Buana Capital Sekuritas akan berperan sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam IPO Bukalapak. Sedangkan penjamin emisi efek akan dipercayakan pada UBS Sekuritas dan Mirae Asset Sekuritas Indonesia.