Ironi hilirisasi: Glorifikasi di balik nestapa masyarakat

Hilirisasi yang dilakukan pemerintah saat ini dinilai berlangsung ugal-ugalan.

Ilustrasi pertambangan. Foto Pixabay.

Hilirisasi menjadi salah satu topik yang sering disebut dalam debat pemilihan presiden (Pilpres) 2024, Minggu (21/1) oleh ketiga calon wakil presiden (cawapres). Cawapres nomor urut 01 Muhaimin Iskandar misalnya, yang menilai hilirisasi yang dilakukan pemerintah saat ini berlangsung ugal-ugalan.

Sebaliknya, cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka menilai, hilirisasi telah berhasil menggenjot nilai tambah hasil tambang Indonesia. Selain itu, dengan hilirisasi, Indonesia juga berhasil menjadi produsen baterai kendaraan listrik.

Sementara itu, meski tidak banyak menyinggung soal hilirisasi, cawapres nomor urut 03 Mahfud MD, dalam dokumen visi dan misinya berencana meneruskan program hilirisasi yang telah dilakukan pemerintah saat ini.

“Hilirisasi sumber daya alam pertambangan, perkebunan, pertanian serta perikanan dan kelautan dilakukan secara menyeluruh hingga menciptakan produk akhir bernilai tinggi dengan fondasi industri hulu dan kebijakan TKDN (tingkat komponen dalam negeri),” tulis dokumen tersebut, dikutip Selasa (23/1).

Sejak dimulai 10 tahun lalu dan mulai difokuskan pada 2020, hilirisasi khususnya di sektor pertambangan memang telah berhasil mencapai tujuannya, untuk menciptakan nilai tambah hasil tambang. Buktinya, setelah hilirisasi nikel dilakukan tiga tahun lalu, neraca perdagangan Indonesia surplus selama 43 bulan berturut-turut.