Jeritan jelata di tengah kenaikan harga-harga

Kenaikan harga pangan dan energi semakin membebani masyarakat menengah bawah. Laju inflasi diperkirakan akan melejit di atas 4%.

Ilustrasi Alinea.id/Debbie Alyuwandira.

Rina (38) harus menarik napas panjang kala mengetahui harga-harga beberapa bahan pokok yang melejit. Kenaikan harga paling mencolok terjadi pada minyak goreng yang kini mengikuti harga pasar. “Bulan puasa tahun lalu Rp100 ribu masih dapat minyak goreng 4 liter-an, sekarang cuma dua liter,” ujarnya saat berbincang dengan Alinea.id, beberapa waktu lalu.

Padahal, dalam sebulan ia cukup boros menggunakan minyak sawit itu, yakni mencapai 6 liter. Konsumsi minyak goreng juga makin bertambah kala bulan Ramadan tiba. “Yah bisa sampai 7 liter-an kalo pas Puasa, soalnya saya masak terus,” tambahnya.

Ibu rumah tangga ini kian pasrah ketika mengetahui harga beberapa bumbu seperti bawang merah, cabai rawit merah dan kebutuhan dapur seperti gula dan terigu juga merangkak naik. Belum lagi dengan harga ayam dan daging yang memang tak pernah absen naik harga.

“Sekarang sudah enggak kepikiran masak daging, yang penting bisa makan,” sebut ibu dua anak ini.

Tak hanya Rina, Nur Hidayah (47) pun mengalami kegelisahan yang sama. Kondisi ini kian berat karena Nur juga menambah uang belanja dengan menjual lauk-pauk ke warga di sekitar rumahnya. Kenaikan harga-harga sontak membuat Nur bingung menentukan harga jual.