Pemerintah harus memastikan tidak ada spekulan yang menimbun minyak goreng subsidi dan menjualnya dengan harga lebih mahal.
Foto sebuah kertas putih bertuliskan ‘Mulai 1 Januari 2022 Harga Gorengan 2.000/Biji’ yang tertempel di kaca sebuah gerobak gorengan viral. Gambar ini bahkan diposting ulang Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Tak hanya foto itu, ia juga mengunggah gambar dirinya tengah memegang dahi dengan ekspresi bingung.
Postingan di awal tahun itu menunjukkan Kang Emil, demikian ia karib disapa juga turut pusing memikirkan kenaikan harga minyak goreng yang terjadi sejak pertengahan tahun lalu. “Saya jadi makin double-double pusingnya nantinya dong. Udah pusing karena kebanyakan kolesterolnya gorengan, sekarang ditambahi sama harga gorengan yang naik,” katanya, ketika mengunjungi seorang pedagang gorengan yang mangkal di dekat Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Citarum, Bandung.
Keluhan Emil disambut nada yang sama oleh penjual gorengan. Dia bilang, menaikkan harga gorengan mau tak mau harus dilakukan. Pasalnya, harga minyak dari kelapa sawit ini kian 'memanas' dari hari ke hari.
Bahkan, harga komoditas utama di dalam ekosistem ekonomi gorengan itu sempat mencapai Rp40.000 per dua liter dan Rp24.000 per liter di Bandung, Jawa Barat. Padahal, normalnya harga minyak goreng dibanderol dengan harga sekitar Rp12.000 per liter.
"Ya, mau gimana lagi, Kang? Harga minyak gorengnya saja sudah naik 100%. Jadi saya ya harus naikin, buat bisa beli bahan pokok lainnya," ujar si penjual.