Kebijakan cukai plastik, solusi atau masalah?

Cukai plastik dianggap efektif jika dilihat dari dua sudut pandang, baik lingkungan dan penerimaan.

Wali Kota Bogor Bima Arya (tengah) bersama Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bogor Yane Ardian (kiri) dan Kepala Dinas Lingkungan Kota Bogor Elia Buntang (kanan) menunjukkan kantong belanja guna ulang saat penerapan aturan Bogor Tanpa Kantong Plastik (Botak) di Lippo Plaza Ekalokasari, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (1/12). /Antara Foto.

Pada 19 November 2018 lalu, seekor paus jenis sperma terdampar mati di perairan Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Usai diidentifikasi, isi perut paus itu terdapat banyak sampah, seberat 5,9 kilogram. Mayoritas sampah plastik.

Dalam acara Outlooks 2018 di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Senin (17/12), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengingatkan, bila tak mengubah kebiasaan buruk, pada 2030 jumlah sampah plastik akan lebih banyak ketimbang ikan di laut. Susi menyebut, saat ini di laut Indonesia ada 3,2 juta ton plastik.

Apakah masalah sampah plastik sudah sedemikian parah?

Menurut tulisan Jenna R. Jambeck dan rekan-rekan, berjudul “Plastic waste inputs from land into the ocean” yang dipublikasikan jurnal Science edisi 13 Februari 2015, jumlah sampah plastik di lautan mencapai 4,8 hingga 12,7 juta metrik ton. Disebutkan, Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik paling besar kedua di dunia, di bawah China.

“Ukuran populasi dan kualitas sistem pengelolaan limbah sangat menentukan negara-negara mana yang menyumbang limbah terbesar," tulis Jambeck, dkk dalam jurnal tersebut.