Kemendag sebut warga timbun migor, anggota DPR: Itu menyakitkan

Masyarakat menyimpan minyak karena kebutuhan, bukan karena ingin melakukan penimbunan.

Ilustrasi - Sejumlah warga antre membeli minyak goreng kemasan saat operasi pasar minyak goreng murah di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (11/1/2022).Foto Antara/Muhammad Iqbal/tom.

Beberapa anggota DPR dari Komisi VI mempersoalkan pernyataan Kemendag yang menyebutkan kelangkaan minyak akibat penimbunan yang dilakukan masyarakat.

Anggota Komisi VI DPR Achmad Baidowi menilai, pernyataan Kementerian Perdagangan bahwa masyarakat melakukan penimbunan minyak goreng, sehingga terjadi kelangkaan, sangat menyakitkan masyarakat. Karena menurutnya, masyarakat menyimpan minyak karena kebutuhan, bukan karena ingin melakukan penimbunan.

“Pernyataan dari Kemendag bahwa kelangkaan minyak goreng salah satunya disebabkan karena penimbunan oleh warga. Tentu ini pernyataan yang sangat menyakitkan, bahkan tuduhan yang tidak menggunakan logika akal sehat,” jelas Awiek, sapaan akrab Baidowi, seperti dilansir dari dpr.go.id, Jumat (11/3).

Menurut Anggota Fraksi PPP DPR tersebut, tidak logis masyarakat kecil lakukan penimbunan. Sebab, barangnya langka dan harganya pun juga sangat tinggi. Karena itu, ia meminta lebih baik Kemendag bersikap profesional dan proporsional dalam menjalankan tugas. “Menyampaikan statemen yang bersifat tuduhan kepada masyarakat itu sama hal dengan buang badan, melempar persoalan kepada orang lain,” tegasnya.

Daripada melempar tuduhan seperti itu, lebih baik Kemendag secara gamblang menjelaskan ke masyarakat terkait tata niaga minyak goreng dari hulu sampai hilir. “Kedua, kalau Kemendag tidak mampu mengatur tata niaga minyak goreng ini ya minta maaf saja. Misalnya, tidak bisa kendalikan harga akibat dari ulah spekulan, akibat ulah dari distributor ataupun ulah dari pengepul, ataupun para produsen,” jelasnya.