Kiat Sido Muncul bertahan hingga kini

Pendirian perusahaan anyar ditargetkan akan meningkatkan ekspor ke Nigeria dan wilayah sekitarnya.

Sekjen Kementrian Perindustrian Haris Munandar (tengah) menyerahkan Penghargaan Industri Hijau kepada Direktur Marketing Sido Muncul Irwan Hidayat (kanan) disaksikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Ngakan Timur Antara (kiri) di Jakarta, Kamis (21/12). ANTARA FOTO/Saptono/Ama/17

Produsen jamu legendaris, Nyonya Meneer, dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga (PN) Semarang, tahun lalu, setelah digugat kreditur asal Sukoharjo, Hendrianto Bambang Santoso. Perusahaan yang telah berdiri sejak 1919 itu dinyatakan bangkrut akibat utang yang melilit. 

Pailitnya Nyonya Meneer tentunya tidak bisa dinyatakan bahwa industri jamu sudah senja. Mendengar kata jamu, ada nama lain yang sering terlintas di benak orang Indonesia, yaitu Sido Muncul yang kini masih berdiri tegak. 

Inovasi dan modernisasi produk menjadi salah satu kunci Sido Muncul untuk bertahan. Meskipun masih berkutat di industri obat-obatan herbal, namun porsi produk jamu tradisional terbilang kecil atau hanya berkisar 15%. Kondisi ini berbeda dengan Nyonya Meneer yang bermain di produk jamu tradisional. 

Selain industri jamu, Sido Muncul juga bergerak di industri farmasi melalui beberapa anak usahanya yaitu PT Semarang Herbal Indo Plant, PT Muncul Mekar, dan PT Berlico Mulia Farma. Produk-produk Sido Muncul yang dikenal masyarakat antara lain Kuku Bima, Temulawak, Kopi Jahe, Tolak Angin dan lain-lain. 

Salah satu contoh modernisasi produk Sido Muncul yang berhasil adalah Tolak Angin. Obat herbal yang berguna untuk meredakan masuk angin, perut mual dan tenggorokan kering itu telah diformat dari sebelumnya yang berbentuk bubuk dan pahit, menjadi cair. Hasilnya, produk ini tak hanya tenar di Indonesia, namun juga di luar negeri.