Nestapa masyarakat kelas menengah: Rentan jatuh miskin dan tak dilindungi

Daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah makin lesu.

Ilustrasi konsumsi rumah tangga. Foto Freepik.

Daya beli masyarakat semakin lesu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga di kuartal IV-2023 hanya tumbuh 4,47% secara tahunan atau year on year (yoy), turun dari kuartal sebelumnya yang sebesar 5,06%. Merosotnya konsumsi rumah tangga ini pun lantas menyebabkan perekonomian Indonesia pada kuartal hanya mampu tumbuh sebesar 5,04% pada periode yang sama, sedikit lebih tinggi dari proyeksi pemerintah yang sebesar 5%.

“Melemahnya konsumsi rumah tangga kalau diperhatikan dari data yang kami catat, terutama berasal dari perlambatan pengeluaran kelompok menengah atas,” jelas Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rilis BPS, Senin (5/2) lalu.

Hal ini tercermin dari melambatnya realisasi pajak penjualan barang mewah (PPnBM), merosotnya jumlah penumpang angkutan udara, dan penjualan mobil penumpang.

Selain itu kenaikan konsumsi dari kelompok masyarakat berpenghasilan menengah-rendah terbatas, di tengah terkereknya belanja sosial dan politik menjelang pemilihan umum (pemilu). Dengan ketidakstabilan geopolitik global hingga dampak El Nino yang membuat harga banyak bahan pangan pokok melambung, peneliti dari Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menilai, turunnya laju konsumsi rumah tangga lebih banyak disumbang oleh melempemnya konsumsi masyarakat dari golongan menengah ke bawah.

“Masalah utamanya adalah daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah yang tergerus karena faktor naiknya inflasi harga bergejolak,” katanya, saat dihubungi Alinea.id, Kamis (29/2).