Mata uang Turki dan Afrika Selatan melemah khawatir tertekan inflasi

Adapun kekhawatiran inflasi yaitu, penularan dari sektor properti China yang kesulitan likuiditas tetap ada pada China Evergrande Group.

ilustrasi. foto Pixabay

Saat ini terpantau mata uang negara - negara berkembang atau emerging market (EM) melemah, di antaranya lira dari Turki. Lira Turki melemah 0,7 % dan rand Afrika Selatan turun 0,4 % .

Penurunan rand terjadi sehari ini setelah perusahaan utilitas milik negara itu Eskom mengatakan risiko pemadaman listrik akan tetap ada sampai kapasitas 4.000 hingga 6.000 megawat ditambahkan ke jaringan.

“Saya tidak melihat IHK AS menambah lebih banyak tekanan yang dihadapi mata uang negara-negara berkembang saat ini karena ekspektasi sudah melompat melewati level sebelumnya, tetapi jika inflasi menembus level 6,0 % hari ini kita pasti akan melihat efek riak di pasar valas dan obligasi di pasar negara berkembang," kata Simon Harvey, analis senior valas di Monex Europe, dikutip dari Reuters.

Saat ini mata uang negara-negara berkembang  diperdagangkan beragam pada hari Rabu ini. Hal ini dikarenakan investor menunggu data dari bank sentra inflansi AS yang dapat berpengaruh terhadap kebijakan kebijakan akomodatif Federal Reserve, dan ketika sentimen akan tertekan oleh lonjakan inflasi di China.

Adapun kekhawatiran inflasi yaitu, penularan dari sektor properti China yang kesulitan likuiditas tetap ada pada China Evergrande Group dikarenakan pembayaran obligasi luar negeri pada hari ini sementara di pengembang Fantasia Holdings anjlok hingga 50 % setelah diketahui tidak ada jaminan bahwa mereka akan dapat memenuhi kewajiban keuangannya.