Melawan ancaman kekeringan dengan inovasi penyiraman

Kementerian Pertanian berinovasi menciptakan smart irrigation yang mengontrol penyiraman secara jarak jauh untuk mencegah kekeringan.

Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.

Tahun ini, Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi beras sebesar 31,82 juta ton, lebih besar dari produksi tahun lalu sebesar 31,33 juta ton. Dengan perkiraan konsumsi masyarakat sebesar 29,58 juta ton beras, pemerintah memperkirakan akan ada surplus beras 9,63 juta ton di 2021. Ini surplus total, yang juga mencakup surplus tahun-tahun sebelumnya.  

Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan Bambang Pamudji kepada Alinea.id mengungkapkan, untuk mencapai target tersebut bukan hal mudah. Apalagi, selama ini sektor pertanian Indonesia masih dibayangi momok utama, salah satunya ancaman kekeringan. 

"Dan perkiraan dari Badan Meteorologi, Klimatolongi, dan Geofisika (BMKG) akan ada kekeringan di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Mudah-mudahan tidak terlalu mengganggu produksi,” ujar Bambang Pamudji, Jumat (8/10).

Sementara itu, meski tengah menghadapi musim hujan, September lalu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) justru meminta beberapa daerah seperti Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tengga Barat (NTB) untuk waspada. Ancaman bencana kekeringan diprediksi masih tetap ada.
 
Ancaman itu kian menakutkan ketika dihadapkan dengan perubahan iklim yang tengah menjangkiti dunia. Bumi yang semakin panas karena pemanasan global telah mengubah aliran uap air. Alhasil, kelembapan dan curah hujan di satu kawasan akan meningkat. 

Akibat pemanasan global membuat curah hujan lebih terkonsentrasi pada musim hujan, sedangkan musim kemarau cenderung lebih kering. Hal itulah yang kemudian menyebabkan kekeringan berkepanjangan dan suhu udara yang lebih tinggi akan meningkatkan penguapan.