Mengapa harga beras tetap tinggi, bahkan terus naik?

Panen raya padi sudah mencapai puncaknya. Tapi harga gabah dan beras tetap tinggi. Apa penyebabnya?

Ilustrasi beras. Foto Pixabay.

Pada pekan terakhir menjelang Idulfitri, Presiden Joko Widodo kembali mendatangi sejumlah pasar. Selain membagikan barang kebutuhan pokok dan amplop tunjangan hari raya atau THR, Presiden mengecek harga sejumlah kebutuhan pokok. Saat di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Presiden semringah. Harga aneka kebutuhan pokok terkendali.

”Harga bahan-bahan pokok tidak ada yang naik. Banyak yang turun. Yang naik hanya satu: bawang bombai. Yang lain, telur bagus, ayam baik, kemudian bawang merah juga baik. Cabai yang dulu sampai Rp100.000, sekarang di Rp35.000-Rp40.000. Semuanya baik,” kata Jokowi, Kamis (13/4).

Hal serupa ditemukan Jokowi saat mendatangi di Pasar Tugu Palsigunung, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat. Warga tidak mengeluh. Satu-satunya kebutuhan pokok yang harganya cukup tinggi adalah beras. ”Saya lihat bagus semua. Bawang merah bagus, telur turun, bawang putih stabil, ayam juga di angka Rp32.000, Rp35.000, stabil. Yang belum turun memang beras,” kata Jokowi.

Untuk mengatasi hal itu, Presiden mengaku telah menginstruksikan Bulog untuk segera melakukan langkah cepat. Salah satunya dengan menggelar operasi pasar agar harga beras stabil. ”Tadi, saya sudah perintahkan Bulog untuk segera ke pasar ini agar ada seperti operasi pasar,” kata Presiden.

Mengapa harga beras tetap tinggi?